Selasa, 21 Agustus 2012

Lelaki Itu




Melantai KM.Lambelu 03.00 WIT

Hidup selalu penuh dengan rahasia Tuhan. Aku selalu percaya ujung dari rahasia Tuhan itu sejurus dengan bagaimana cara kita menyikapi. Aku sepakat  jika kita dianalogikan seperti bidak dalam peta permainan Sang Tuan.  Hanya saja permainan Sang Tuan ini cukup adil. Kita diberi opsi dan bebas memilih, dan pada akhirnya pemilihan opsi itulah yang akan menentukan kelanjutan level diri kita. Kadang jika Sang Tuan tidak memberikan opsi pada kita, maka kembali lagi bagaimana kita akan menyikapinya. Bijakkah atau terpurukkah? Jawabannya tergantung. Hidup itulah yang menjadi papan catur Sang Tuan. Hidup terkadang menguliti kita, membuat kita terbang kemudian tenggelam. Dinamika yang ditawarkan hidup membuat kita banyak belajar tentang bagaimana memecahkan puzzle – puzzle Sang Tuan. Aku sendiri banyak belajar hidup dari manusia - manusia di sekitarku. Aku belajar dengan merefleksikan diriku dalam diri mereka.

Mereka yang mencintaiku, mereka yang membenciku.bahkan mereka yang meninggalkanku. Kesemuanya itu aku rangkai hingga mencipta suatu domain untuk mendewasakan diri.
Salah satu manusia yang membuatku banyak belajar tentang hidup ini sedang berada tepat dihadapanku. Tertidur lelap berdesakan dengan segerombol pria bertato yang baru pulang mengadu nasib di gunung botak sana. Lelaki berperawakan tinggi dan dirambutnya mulai ditumbuhi uban halus ini kuperkirakan berusia sekitar 40an tahun. Sesekali dia tersenyum dalam pulasnya sambil berkomat kamit. Mungkin sedang dibuai dengan mimpi indah. Diatas bibir tipisnya tumbuh rambut halus hingga membuatnya terkesan manis dimataku. Lelaki separuh baya ini pada awalnya tak sengaja bertabrakan denganku sewaktu diantar pamanku menaiki kapal pemerintah tanpa slogan safety first ini. Lelaki ini memutuskan berbarengan denganku karena ternyata kita sejurusan. Dari ceritanya tadi aku tahu bahwa dia berniat menjemput cucunya yang sedang sakit disana. Dengan panjang lebar dan semangat dia mengkisahkan hidupnya. Aku seperti biasa lebih suka menjadi pendengar setia jika sedang beriteraksidengan orang asing. Dari ceritanya juga aku tahu kalo dia memiliki istri cantik dan 6 orang anak,si sulung seusia denganku. Aku pernah bertemu dengan si sulung beberapa kali karena dia kuliah sekota denganku. Anak perempuannya itu berperawakan tinggi langsing dan cantik. Si sulung mandet kuliah setelah married by accident.  Lelaki ini begitu bergairah menjalani hidup. Begitu hematku jika melihat dari wajahnya yang berbinar mengisahkan hidupnya.

Kuperhatikan lekat ujung rambut hingga ujung kaki lelaki yang masih tertidur pulas ini. Dikepalanya bertengger topi hitam rip curl, kemeja kaos, celana jeans dan sandal zandillac. Aku mengaguminya. Sungguh mengaguminya. Aku ingin menanyakan beberapa hal pada lelaki ini. Pertanyaan yang telah 22 tahun kupendam dalam hati. Padahal pertanyaan itu sebongkah pertanyaan sederhana. Mengapa kau meninggalkanku sendiri? Mengapa kau membiarkan aku hidup tanpa kasihmu ayah? Apakah kau pernah merasa bersalah dan merindukanku? Aku merindukanmu ayah, bolehkah kau kupeluk seperti anak - anakmu yang lain?
Dan dia tetap diam. Aku akan selalu mendoakanmu ayah karena berkatmu aku bisa berdiri lebih tegar dan akan selalu kubanggakan setiap bulir air mata yang telah kuteteskan untukmu. Akan kutapaki terus cadas hidup dan aku sadar aku tak lagi membutuhkanmu mengajariku menjalaninya. Akan kusambangi mimpiku. Aku dulu selalu bermimpi bahwa kau adalah bahagiaku ketika mimpi - mimpiku tereksekusi. Namun telah kubuang mimpi itu jauh. Kubiarkan terbang bersama zarrah dan kabut di puncak - puncak yang pernah kubaui.  GBU.