Pagi
yang biasa itu, gadis manis penyuka warna ungu yang dicinta terbaring damai di
pembaringan terakhirnya. Dia telah bersua dengan Bapa di surga. Sedang seorang
pria jangkung masih berdiri berhadapan dengan salib setinggi setengah badan
yang berukir nama orang yang paling dicintainya itu. Matanya sembab sambil
menggenggam kalung pemberian kekasihnya itu.
“Selamat
jalan sayangku. Akhirnya kau bersua dengan Bapa di sorga. Akan kujaga cinta
kita sampai batas terjauh kubisa.”
Dia
pandangi langit. Disana hanya ada langit biru berawan.
“Bapa,
tolong jaga dia yang begitu mencintaiMu. Begitu cintanya my lil butterfly
padaMu hingga membuatku harus selalu berlomba denganMu setiap saat. Dan
sekarang dia sepenuhnya milikMu.” Katanya sambil tersenyum. Tetes air mata yang
asin masih saja menetes perlahan membasahi wajahnya. Tetes air mata iringi
melepaskan orang yang sangat dan begitu dikasihinya. Dia meletakkan boneka Tedy
Bear mungil diantara sepuket bunga lili kesukaannya.
Si
pria itu kemudian berjalan perlahan meninggalkan pekuburan. Sunyi tersisa di tanah yang masih basah itu. Angin
berhembus menggugurkan daun bunga kamboja yang jatuh menyentuh boneka kecil
itu. Seorang wanita dengan lesung pipi mengamati kekasih hatinya yang telah
berjalan membelah sunyi pekuburan pagi itu.
***************************
“Ya
Tuhan, bukit batuku, kubu pertahananku dan penyelamatku, Allahku, gunung
batuku, tempat aku berlidung, perisaiku, tanduk keselamatanku, kota bentengku.
Bapa, Kaulah sumber damaiku dan penyempurna hidup. Tuntunlah aku selalu dalam
kudusMu agar setiap detil hidupku kujalani seperti Kau yang kudus. Ya Allah
yang maha kasih dan maha kudus, Bapa kami
dalam Yesus Kristus! Aku sangat membutuhkan
dan merindukan kasihMu. Terima
kasih atas berkat hari ini yang diberkahkan bagi ku”
Seorang
gadis dengan wajah teduh sedang berlutut di dalam sebuah kapel mungil di salah
satu sudut kota. Rambut panjangnya dikepang, sederhana dan cantik. Rok ungu
muda dengan atasan kaos ketat putih panjang membalut tubuh putihnya. Tampaknya
setelah dia begitu tenggelam dalam do’anya, dia kemudian menutupnya dengan
gerakan berbentuk salib di bagian atas tubuhnya. Diluar seorang pria yang mirip
Nicholas Saputra menanti sambil mengembat jagung rebus yang dibelinya tadi.
“Riiiiss,
aku udah selesai. Jalan yuukk..” ajak si gadis.
“Ooh
kamhou udhah shelesaiii shayang?,” tanyanya menimpali sambil terus mengunyah.
“Udah.
Ayoooookkkkk..” ajak si gadis lagi. Manja.
“Iyhaa
iyhaaa bhawhel,” kata si pria menyetujui.
Motor
mio merah yang mereka kendarai meluncur bangga sehabis dimandiin dan di-Kit
mengkilap membelah jalanan yang agak lengang.
“Mau
kemana kita, ibu?” Tanya Risky berlagak tukang ojek.
“Ke
pasar, bang. Kok ngebut banget, bang? Jawab kekasihnya itu menimpali.
“Iyah,
khan aku biasa ngebut kejar hatimu.” Risky gombal.
Tawa
renyah menghiasi wajah mereka berdua selama perjalanan. Kali ini mereka akan ke
sebuah sudut di pasar tradisional sekitar 2 km jauhnya. Indri, kekasihnya itu
sedang memesan sesuatu di tempat penjualan kalung besi putih.
Sesampainya
di tempat yang dituju, Indri kemudian mengambil pesanan yang sudah siap itu dan
membayarnya.
“Apa’an
siih?” Tanya Risky
“Rahasia
donk.. Oke now, bang ojekku. Let’s go to the beach.”
Setelah sekitar satu jam perjalanan,
akhirnya mereka sampai di tempat yang dituju. Pantai pasir putih sunyi di
pinggiran kota. Pantai itu adalah salah satu tempat dalam daftar tempat –
tempat yang seru untuk dikunjungi mereka.
“Happy anniversary sayang.” Kata
Indri sambil tersenyum hingga lesung pipinya muncul menghiasi wajahnya.
“Oh shiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiit……. Aku
lupa hari ni anniversary kita sayang. Maaf ya. Maaf ya. Kamu jangan marah
yaaa.. yah yah...” Bujuk Risky.
“Aahhhh gak asik banget kamu Ris....
huufth. Gak apa – apa deh. Aku punya sesuatu untukmu.”
“ Maaf lagi sayang. Aku benar –
benar lupa. Apa ini? Jadi yang kamu pesan tadi?”
“He emmm.. dibuka doong”
Risky membuka bungkusan tadi, di
dalamnya ada sepasang kalung besi putih berbiji halus dengan mainan kalungnya
berbentuk persegi panjang. Di satu sisi mainan kalung itu terukir kanji indah
yang berarti selamanya. Sedang di sisi lainnya terpasang foto mereka berdua.
“Kalung?? Makasih sayang. Happy anniversary
ya, gak sadar ya udah 5 tahun kita jalan. Sayang kamu.” Kata Rizky sambil mengecup kening kekasihnya
itu.
“Iyah, udah lama ya kita jalan. Sayang
kamu juga.” Risky mengalungkan kalung tadi ke
leher Indri, sebaliknya itu dilakukan oleh Indri. Indri memposisikan sisi
dengan tulisan kanji di depan dan foto mereka berdua di belakang.
“Kok kamu gak nongolin aja muka kita
berdua biar kemanain kamu pergi semua pada liat foto kita.. hehehe..” Goda Risky.
“Aaahh norak aaaah. Lagian tujuan
aku design seperti ini bukan begitu. Aku akan membalikkannya tepat di dadaku. Posisi
terdekat ke hatiku. Biar hatiku selalu mencntaimu.” Kata Indri sedikit lebay
sambil membetulkan kalung itu disamping kalung salib emas mungilnya.
“Hmmmmm.. gombaaaaaaaal.” Risky menimpali
sambil tertawa kecil dan mengacak rambut Indri yang hitam.
Hari makin sore dan elang menukik
pulang ke peraduannya. Sunset hari ini sangat indah, sedikit refleksi kasih Bapa dalam alam, begitu Indri melukiskannya.
Mereka berdua bergegas pulang. Risky mengantar Indri sampai di depan rumahnya. Di
balik jendela, seorang ayah berdiri tegak mengawasi dengan seksama anak
gadisnya yang baru pulang.
Setelah say goodbye, Risky bergegas membalikkan motornya. Pulang.
**************************
Rumah bercat biru yang sederhana itu
begitu lengang jika waktu seperti ini. Hanya sering terdengar suara mengaji. Pintu
berderit ketika dibuka Risky.
“Udah pulang kamu Ris?” Tanya ibunya
yang sepertinya baru selesai sholat maghrib.
“Iyah, mi.” Yang ditanya menjawab
sambil mencium tangan ibunya.
“Udah sholat blom? Sana mandi dan
cepetan sholat jangan ampe gak keburu.” Ucap ibunya lembut. Risky menggeleng.
“Bagaimana mau sholat, umi. Dia begitu
sibuk ngurusin pacarnya yang kafir itu.” Ujar seorang lelaki tua dengan santai
namun menikam.
“Abiiii, istigfar bi.”
“Yang harus istigfar tuuh anak umi
tuh. Entah bagaimana lagi abi harus nasehatin kamu, Riskyyyyyy. Dia itu beda
agama sama kita. Anak pendeta lagi. Astagfirullah. Kharroooom.. Kharrrooooom.”
“Abi, napa siih? Emang napa kalo dia
beda agama sama kita? Dia makan makanan yang sama ama kita, bii. Dia tidur juga
bukan dalam kandang babi melainkan dalam kamar seperti kita. Hanya yang dia
sembah dan dia yakini beda dari kita trus kita gak boleh dekat gitu. Bukan kah
Tuhan juga menganjurkan agar hidup damai berdampingan”
“Itu masalahnya Riiiiis, yang dia
sembah beda dengan kita. Untukmu agamamu, dan untukku agamaku. Sampai kapanpun
abi tidak bakalan setuju kamu sama dia. Masih banyak wanita muslim di luar
sana. Malu abi, sama Jemaah abi. Abi yang sering menceramahi orang, malah anak
abi sendiri tidak mampu abii tuntun.”
“Udahlah, bii. Aku capek, gak mau
berdebat lagi.”
Risky berlalu menuju kamarnya meninggalkan
ayahnya yang meninggi emosinya. Mandi dan sholat.
Sementara, di sisi lain di sudut
kota itu.
“Bapa di sorga, terima kasih atas kasihMu
memberkati makanan ini. Berkatilah kami, O Tuhan, dan berkat- berkat ini yang
akan kami terima dari kelimpahan-Mu, melalui Kristus Tuhan kami. Amin.”
“Ameeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeen”
Anak dan bapak itu kemudian
menyantap menu sederhana malam itu dengan tenang.
“Hmm.. masih berhubungan dengan si
pria muslim itu?” Tanya sang bapak.
“Ekhmmmm..” Indri berdehem tanpa
mampu menjawab.
“Suster – suster di gereja sering
mengingatkan ayah untuk menegurmu karena menganggapmu seperti adik. Apakah kamu
sangat mencintainya hingga anak ayah bisa bertindak seperti ini?”
Indri abstain.
“Kamu ayah adopsi dan Ayah
membesarkanmu dengan kasih dan nafas Kristus, dalam kudusNya. Mengapa kau lebih
memilih seorang lelaki yang berseberangan denga kita.”
“Bukankah Yesus mengajarkan kita
untuk selalu menebarkan kedamaian di muka bumi dan mencintai sesama manusia
ayah. Aku mencintainya. Hanya saja dia berbeda agama, kita gak boleh
berhubungan?”
“Seorang kristian yang baik ketika
dalam setiap detil hidupnya dia mampu menjadi kudus seperti kudusNya Yesus
Kristus. Jangan bilang kamu melupakan itu. Anda jika ayah merestui kalian. Apakah
kamu mampu melakukan itu seumur hidupmu?”
Indri abstain lagi.
“Dengarkan ayah baik – baik. Ada
seorang lelaki Kristian yang taat. Dan dengan dialah seharusnya kamu
berhubungan. Kamu mengerti?”
Indri abstain lagi. Selera makannya
tiba – tiba hilang.
“Aku sudah selesai.” Katanya sambil
berdiri mengangkat piring makannya. Si pendeta
hanya menggeleng dan menghabiskan makanannya dengan tenang.
Indri bergegas masuk kedalam
kamarnya. Diraih buku diary kecil berwarna Abu – abu disamping boneka Tedy Bear
pemberian Risky. Dia mulai menuangkan rasa hatinya diatas kertas putih itu.
Mengapa harus ada agama yang berbeda, jika perbedaan itu hanya akan
menjauhkan dan mencerai beraikan antara kita. Bukankah cinta ada karena
diciptakan. Dan siapa yang membelokkan hati kalau bukan para Tuhan. Salahkah
aku mencintainya sedang rasa ini datang dariMu, Bapa.
Kau adalah pertahanan
terakhirku… Aku mencintaiMu dan aku mencintaiNya karenaMu. Aku akan tetap
memegang teguh kudusMu dalam hatiku sampai aku akan kembali kepada Bapa di
sorga.
Aku bermimpi jika
suatu hari nanti hanya akan ada satu Tuhan yang berhendak. Agar tak akan ada lagi
tirai pembatas dalam mencinta. Aku juga bermimpi suatu hari nanti kalopun ada
beberapa Tuhan, namun perbedaan itu tak akan mencerai beraikan kita. Tapi mimpi
masih menjadi mimpi.
***************************
Khusuk hati bersimpuh memuja dan
mengadu padaNya yang kaffah. risky masih menenggelami dzikir dalam subuh yang
damai. Kembali bersua dengan TuhanNya.
Ya Allah, Tuhan Maha Pengampun dan
Penyayang. Apa yang harus kulakukan dengan hatiku. Kaulah yang berkuasa untuk
membolak balikkan hati ini. Kaulah yang berkuasa atas hati ini. Aku tak
bermaksud melawan abi dan umi ataupun Kau yang Maha Indah. Aku hanya
mencintainya. Mencintainya. Jika kau tak takdirkan kita bersama maka tolong balikkan
hatinya agar tak mencintaiku lagi agar hatinya tak kesakitan karena mencintaiku
Tuhan. Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar