Senin, 08 Juni 2015

Belum Ada Judul



Seruput kopi pertama
Secarik kertas, sebatang pena dan genangan hujan
Kutulis ini sebagai lambang kasih
Tuk hitam – hitam manisku
Yang penuh cinta merayap ke penaklukkan mimpi
Tengoklah tunas - tunas baru dari pohon mati belakang kelas itu
Hijau dan bersemangat
Semakin dipermainkan rinai hujan makin lincah dia
Tak patah makin tumbuh subur
Selaiyaknya kalian manis – manisku
Tumbuhlah bersemangat dan subur
Hingga jelma pohon besar yang tangguh
Persetan dengan nilai di raport
Tapi jangan persetan dengan ilmu dan akhlakmu
Ada ilmu ada akhlak datanglah nilai, manis – manisku

Seruput kopi kedua
Secarik kertas, sebatang pena dan genangan hujan
Kutulis ini sebagai lambang kasih
Tuk hitam – hitam manisku
Yang penuh cinta merayap ke penaklukkan mimpi
Dengarlah.
Sekolah kadang tak tersenyum bersama kita
Guru sepertiku tak selalu selaiayak Saraswati yang tahu segala
Ataupun Athena yang bijak dan penyayang
Buka mata buka hati
Belajarlah dari segala
Rontokkan belenggu yang ikat kepala
Cipta sayap – sayap asa yang kokoh
Terbanglah yang tinggi, manis – manisku.
Walau sesekali harus atur nafas agar tak tumbang.

Seruput kopi ketiga
Secarik kertas, sebatang pena dan genangan hujan
Kutulis ini sebagai lambang kasih
Tuk hitam – hitam manisku
Yang penuh cinta merayap ke penaklukkan mimpi
Ini kuberi kertas, ini kuberi pena penuh tinta
Entahlah, hanya itu yang boleh kuberi.
Semoga tak kumal dan kelabu di dalam tas lusuh
Manis – manisku...
Maaf dari hati jika kadang menyakiti
Kucinta kalian dengan hatiku.
Tak perlulah balas cintaku
Cukuplah cintai diri kalian sendiri
Kuanggap kalian begitu mencintaiku.


 Bukit Parangsana, 09  - Juni - 2015

 



Senin, 19 Januari 2015

Rinjani 3.726 mdpl



Rinjani.. sebuah puncak yang dipercaya merupakan tempat bersemayamnya Dewi Anjani. Puncak ini merupakan salah satu mimpi kita seperkawanan. Banyak pendaki memang yang bernazar tuk menginjakkan kaki di gunung api tertinggi kedua di Indonesia ini. Gunung yang berketinggian 3.726 mdpl ini memang menawarkan landscape yang luar biasa indah. Berhubung libur telah tiba dan beberapa hal lain telah diselesaikan maka, kita berencana untuk mengeksekusi mimpi itu.


Yeepp.. postingan aku kali ini tentang perjalanan ke Mt. Rinjani yang berlokasi di Lombok, NTB. Sebelum perjalanan ini menguap dan hilang termakan lupa, mari diabadikan. :D



11 Desember 2014



            Heehhh.. Perjalanan ini berawal dengan beberapa kesialan.. hehehe. Bagaimana tidak? Aku yang seharusnya depart pukul 12.30 siang, malah di delay sampe jam 04.00 sore. Kesialan berlanjut ketika yang tadinya hanya transit di Surabaya, ini malah harus transit di Makassar juga. It’s gonna be a tiring flight.  Ehh sampe di Surabaya, si pihak maskapai menyampaikan bahwasanya sanak, sudah tak ada flight lagi ke Lombok.


Dikarenakan baru esok ada flight lagi, so Ibis Budget Hotel dalam Juanda jadi tempat pengungsian semalam. Lumayanlah untuk istirahat.



12 Desember 2014



            Setelah check out, aku sempetin sarapan then check in tuk flight ke Lombok. Flight ke Lombok tepat pukul 07.00 pagi, hingga sekitar pukul 08.00 pagi dah tiba di International Airport of Lombok. Dan sama seperti bandara dan pelabuhan di seluruh pelosok tanah air, berhati – hatilah dengan para calo. Atleast itulah salah satu hal mendasar yang aku pelajari jika travelling sendirian dengan budget pas – pasan. :D


            Diluar gate bandara banyak damri yang berjejeran. Aku memilih tuk naik angkutan itu untuk menghemat (teteeep.. hahaha), daripada naik taksi, mahal. Untuk yang bepergian dengan kantong tebal sih silahkaaan. Damri – damri tersebut menuju Pool damri di kota Mataram. Pool damri itulah yang aku tuju, karena disana telah menunggu bang Syarban. Rencana awal kita akan menginap di basecamp Mapala FE Universitas Mataram, kawan – kawan dari Mapala yang berbaik hati untuk menjadi guide kita ke puncak nantinya. Namun, dengan beberapa pertimbangan, maka kita jadinya menginap di rumah tante Risna, tantenya Bang Syarban. 



16 Desember 2014


            Setelah beberapa hari menikmati wisata pantai Lombok yang indah dan juga wisata kuliner yang selalu berlimpah lombok, finally kita dapat juga hari baiknya (kayak mau nikah aja.. :D). Rencananya besok kita akan mulai muncak. Tim kita berjumlah enam orang ditambah dua kawan dari mapala FE Unram. Bertujuhnya para pejantan tangguh terdiri dari Bang Syarban, Bang Bim, Bang Nharo, Bang Djokja juga Yani, Bo dan Arya. Sedang aku sendirian yang betina manis.. :p


            Rencananya malam ini, kita stay di basecamp Unram. Setelah kita recheck segala peralatan dan logistik untuk empat hari plus cadangan seperti yang kita rencanakan, dari rumahnya tante kita meluncur ke basecamp mapala FE Unram. Inilah yang selalu aku senangi dari pemuda – pemudi yang menamai diri mereka pecinta alam. Hangat, humoris dan juga saling menyayangi sejenis mereka wherever they’re from. ^_^


17 Desember 2014


            Bangun pagi dan langsung sarapan bersama di satu nampan besar berisi nasi, sayuran, dan telur goreng di depan basecamp. Ahhh betapa indahnya persaudaraan.. ^_^


            Pukul 09.00 pagi, setelah berdoa kemudian dengan angkot sewaan kita berangkat dari kampus Unram menuju Plawangan Sembalun. Kita memang merencakan naik dari Plawangan Sembalun dan turun via Senaru. Sekitar pukul 12.30 siang kita tiba di pasar aikmel dan mengganti kendaraan sebelumnya dengan mobil pick up. Waktu tempuh dari pasar aikmel hingga pos lapor di plawangan sembalun sekitar sejam. Hujan menemani perjalanan kita hingga ke pos lapor. Karena perut sudah keroncongan, maka setelah melapor di pos kita sempatkan makan siang diseputaran pos.


            Kita mulai mendaki pukul 02.00 siang. Aroma kotoran sapi seakan jadi ungkapan selamat datang para sapi yang hangat sehangat kotorannya yang juga bisa menghangatkan tubuh itu (Kok ngomongin kotoran sapi sih.. hahaha). Tracking awal bermula dari masuk keluar sebuah sungai kecil tanpa aliran air then hutan hujan yang tak terlalu luas. Setelah itu, welcome to the outstanding and loooooooong track sabanaaaa.... track Rinjani memang agak landai awalnya hanya saja panjaaaaaang.. :D


Beruntung dan sekaligus sedikit mengecewakan naik pada bulan – bulan ini. Beruntungnya karena cuaca mendung hingga track jauh tanpa ada pohon untuk berlindung itu bisa dilewati walau tanpa tabir surya. Kalau saja mentarinya terik, maka jangan coba – coba dengan track Rinjani tanpa sunblock lotion kalau tidak mau jadi panggangan empuk... hahaha.. Sedikit mengecewakan siih karena terlalu banyak kabut hingga menutupi viewnya yang luar biasa. L


Naik kemudian turun, turun kemudian naik lagi. Banyak yang bilang ini bukit telettubies, tapi ini mah bukan bukit teletubbies melainkan bukit cari mati. Cari mati digebukin sama kita, abis jalan naik turun terus gak sampai – sampai di tujuan juga, main perasaan kayak di php-in cowok ni bukit.. :D


Sekitar pukul 04.30 sore kita sampai di pos 1. Pos 1 berupa bangunan terbuka semi permanen yang biasanya disebut pos pemantauan. Kita tak berhenti lagi namun langsung menuju ke Pos 2 karena kita memang berencana untuk nge-camp di pos 2 hari ini. Pendakian kali ini merupakan joyful hiking jadi santai – santai saja. Sampai di pos 2 atau pos trengengean sekitar pukul 04.45 sore. Si Arya dan Bo menyempatkan diri ke bawah jembatan untuk mengambil air dari sumber air, hanya saja jerigen yang dibawa Bo bekas jerigen minyak tanah.. ahh si Boooo. Akhirnya, tidak jadi mengambil air di pos 2. Tak jauh dari situ ada sebuah bangunan beratap seng. Rencana untuk nge-camp malam ini di pos 2 tak jadi dilakukan, kita hanya istirahat untuk sekedar minum air yang tersisa di botol. Ada beberapa porter disana. Perawakan mereka rata – rata pendek, hitam legam tanpa kaos dan hanya pakai sandal jepit. Ada yang umurnya yang sudah terhitung tak muda lagi. Jika kita mendaki pakai carrier sudah sombong, maka coba kita pikul beban seperti para porter ini yang bisa mencapai 20 – 40 kg dengan pusat beban hanya pada satu bahu, nyahoooo.. hahaha.


Sempetin cerita dan kepo dengan salah satu porter, menurutnya dalam seminggu beliau bisa mendaki Rinjani empat kali dengan tarif 150 s/d 250 perhari. Namun, jika si tamu juga bisa di offer paket yang sudah disediakan, ada paket mulai dari 1jtan sampai 2jtan. Dari mulai yang membawa bebek sampai membawa kambing hidup ke plawangan. Bayangiiin, kambiiing dipikuuulll.. holy sh*t.. bisa gak yah sapi dipikul.. ahahaha.... Salut dah buat para porter Rinjani.


Kita melanjutkan perjalanan ke pos 3 pukul 05.30 sore. Naik turun bukit lagi, sabana lagi, ngos – ngosan lagi.. hehehe. Sampai di pos 3 sekitar pukul 06.40 sore. Tenda didirikan, kopi diseduh. Udara dingin mulai menusuk. Karena perut yang keroncongan perlu diisi, logistik hari pertama dikeluarkan tuk dimasak. Bo dan aku yang menjelma koki malam ini. Menunya simple aja, nasi, mie instan bertabur tomat dan telur puyuh plus ikan sarden. Hati – hati disini, banyak monyet yang nakal dan suka mencuri makanan pendaki. Setelah makan, kita kemudian berkenalan dengan tim dari Surabaya terdiri dari Jambrong, Zafin, Brian, Ivan dan juga Pimen. Setelah ritual ngopi bertabur canda, kita masing – masing kembali ke tenda dan istirahat kecuali aku dan bang djokja. Bang Djokja nya curhat panjaaaaaang sepanjang track tadi, mungkin pas momennya, pas hawanya.. hahahaha... peace bang. 
18 Desember 2014


            Kita mulai packing, sarapan dan berangkat menuju pos 3 pukul 10.00 pagi. Pendakian sebenar – benarnya pun dimulai. Jalur sudah mulai menanjak. Naik turun bukit. Bukit penyesalan atau apalah itu namanya. Ada juga bukit yang kita sepakat menamainya bukit “parlente”, dalam bahasa Ambon berarti bukit tipuan. Bagaimana tidak, jaraknya sedekat mata memandang, tapi kalau ditempuh bisa sejam. Ahhh.. itulah, dekat dimata tapi jauh di kaki..hahaha..


Kita berjalan beriringan dengan tim Surabaya. Di perjalanan kita bertemu dengan satu tim yang kocak, tim yang dikomandoi bang Roy dari Jogjakarta. Dijanjiin untuk berlibur di pantai malah kesasar di Rinjani dengan tas PNPM nya. Lucu, ngos – ngosannya lebay.. hahaha.. halo bang Rooy.


Sekitar pukul 03.00 sore kita sudah mencapai tempat camp plawangan sembalun. Disana terlihat beberapa bule yang sedang bercengkrama ria. Bo merekomendasikan untuk nge-camp di bibir tebing yang mengarah ke barat agar mengarah langsung ke Danau Segara Anak. 



19 Desember 2014


            Summit Attack


        Mimpi pun sudah di depan mata. Bukan sekedar pendakian, namun lebih ke pengguguran ego dan pencapaian mimpi. Pukul 01.30 malam kita mulai bangun dan memanaskan hawa tubuh dengan teh hangat. Terlihat rombongan Bang Roy yang dah nanjak dari pukul 00.00 malam. Mereka takut tidak sampai di puncak tepat waktu berhubung mereka sadar langkah mereka yang lambat. Setelah kita berdo’a semoga Sang Pemilik Segala Puncak menghendaki kita agar menginjakkan kaki di puncak, tim kita dan Surabaya mulai melakukan summit attack pukul 02.00 dini hari. Pasir dan batu menghiasi track menuju summit. Jadi pertamanya kita berenam yang awam rinjani ini mengira bahwa puncak dari punggungan bukit pertama merupakan puncak Rinjani karena memang puncak itu yang terlihat dari plawangan. Setelah menanjak terus beberapa jam hingga menggapai puncak pertama dari punggungan tersebut, ternyata ohhh TUHAN MANIS DI SURGA masih ada beberapa punggungan lagi. Ohhh Bo dan Arya, how could you do this to me? Hiikkss... :D


            Langkah mulai terseok – seok dan haus mulai menggerogoti tenggorokan. Arya yang membawa logistik membagi – bagikan biskuit dan air untuk dimakan sekedar untuk menambah energi dan mengusir haus. Kita sama – sama dengan Aldi dari Surabaya jalan perlahan menuju puncak. Didepan tim kita terlihat tim bule Jerman, di bawah punggungan terlihat  banyak titik – titik cahaya berjejeran seperti pawai cahaya. Berjalan harus fokus dikarenakan sisi kiri kanan yang terjal dan masih gelap. Di sebelah kanan terlihat desa Sembalun Lawang yang penghuninya masih terlelap dalam tidur, dan kita dengan segala ketololan terseok – seok dengan nafas memburu akibat udara yang menipis dan degup jantung yang kencang.


            Melihat langit diatas sana, aku mengingat dialog dalam salah satu film milik Disney, “Frozen”.


The sky’s awake, so I am awake” (Langit terbangun, jadi aku juga terbangun)


Bintang bertaburan dalam kitab langit, bulan mengawasi liar, dan kita bagai noktah kecil diatas awan dekat langit, apalagi yang kita butuhkan? Kita bahagia dengan apa adanya kita. Kisah kita telah termaktub dalam kitab langit dalam abadi seabadi kisah legenda Dewi Anjani.


Sekitar pukul 06.00 pagi kita telah mencapai puncak. Syukur dan pujian tuk Sang Tuan tak henti diucapkan. Danau Segara Anak terbentang indah. Kita menghabiskan waktu di puncak untuk berfoto ria dan menghabiskan puding susu yang dibawa si Zafin (kawan dari tim Surabaya).


Karena tangan hampir kram, kita memutuskan untuk turun. Hahh.. naik itu indah, turun itu membosankan dan mengesalkan. Terseok – seok dalam pasir yang panjang dan berfoto – foto dengan Edellweis, maka sekitar pukul 11.00 kita sampai di plawangan. Hari ini kita tak langsung turun gunung karena ingin bermalam semalam lagi di plawangan, menunggu cuaca baik untuk turun ke Segara Anak.





20 Desember 2014



            Jalur yang licin karena hujan dan kabut yang menutupi, si Bo dan Arya tak mau ambil resiko walau kita paksa untuk turun di jalur Senaru. Juga karena kemarin kita mendengar longsor besar serupa guntur super dahsyat disana, maka kita sepakat tuk turun jalur Sembalun lagi. Setelah sarapan pukul 10.00 pagi, kita mulai turun gunung.


Sampai pos ekstra 3, kita sempatkan makan siang. Logistik kita habiskan karena gagal turun Segara Anak. Yang terakhir yang spesial. Kali ini yang memasak koki lintas nusantara.. hehe.. bagaimana tidak? Ada empat koki terbaik chef Aldi (Jakarta), chef Bo (Lombok), chef Brian (Surabaya) dan chef Bim (Maluku). Bisakah anda membayangkan rasa makan siang kita? Tentu rasa NUSANTARA... :D


Dari pos 3, setelah makan kenyang dengan menu rasa Nusantara maka kita melanjutkan perjalanan turun. Pos 2 kemudian pos 1 kita lewati. Kakiku sedikit terkilir hingga aku dan Brian yang juga kakinya  jalan perlahan. Tepat pukul 04.30 sore kita sampai di Sembalun Lawang. Disana telah menunggu Pak lek dengan angkotnya menjemput kita. Semua carrier dinaikkan diatas bagasi dan kita langsung jalan. Menurut Pak lek kita lewat belakang hingga perjalanan terasa sangat panjang karena kita hampir mengitari pulau Lombok. Sekitar pukul 08.00 malam kita sempetin berhenti makan malam di warung. Selamat datang di peradaban Lombok lagi, jadi makanannya tentu super pedas. ALWAYS.  Sekitar pukul 10.00 malam baru tiba di Unram. Kita stay semalam di basecamp mapala FE Unram, rencananya esok baru balik ke rumah tante Ris. Kawan – kawan mapala sangat hangat dan kita sangat berterima kasih untuk itu.





24 Desember 2014


        Setelah packing, pukul 12.30 siang kita menuju terminal bis Mandalika di Lombok. Rute pulang ke Ambon yang kita rencanakan yaitu Lombok – Surabaya – Ambon. Kita yang berenam tinggal bertig karena yang lain telah berpencar duluan. Dari terminal menuju Pelabuhan Lembar dan naik ferry ke Pelabuhan Padang Bay, Bali. Sampai di Pelabuhan Padang Bay kita bertiga sempat sprint 300 meter gara – gara ketinggalan bis. Kita mengira bis disini satu rahim dengan bis di Ambon, hingga sama adabnya, ehh ternyata bis ini mau kamu ada atau tidak didalam bis, waktunya jalan.. yah jalannn.. peduli setan.. hahahaha..


            Bis dari Pelabuhan Padang Bay - Pelabuhan Gilimanuk then menyeberang ke Pelabuhan Ketapang. Dari Ketapang kita melanjutkan perjalanan menuju terminal bis Purabaya, Surabaya


25 Desember 2014


        Tiba di terminal Purabaya pukul 12.30 siang. Pimen berbaik hati menjemput dan kita stay di rumah Pimen.


26 Desember 2014


        Dari rumah Pimen kita menuju basecamp petualang di depan kantor Indosat. Disana kita bertemu dengan Jambrong, Alvian, Vins, dll. Ada juga mamanya Jambrong dan adik perempuannya. Mereka begitu hangat, hatipun terasa sangat hangat berada di tengah mereka. ^_^


27 – 28 Desember 2014


        Sempat stay di rumahnya zafin, kita menuju Tanjung Perak tuk balik ke Ambon.

                                                Estimasi Anggaran 



Tiket pesawat Ambon – Lombok via Jakarta
Pajak Bandara Pattimura     
Pajak Bandara Juanda
Damri ke Pol Damri Mataram      
Sewa mobil ke Plawangan Sembalun
Patungan logistik
Tiket masuk Rp. 5.000/ malam
Ongkos makan siang                
Sewa mobil pulang ke Mataram    
Ongkos Makan malam     
Ongkos Taxi pulang ke rumah dari basecamp
Ongkos Taxi dari rumah ke Terminal Mandalika
Bus dari Lombok – Surabaya                
Tiket kapal PELNI Surabaya – Ambon                
= Rp. 1.540.100,00.
= Rp. 30.000,00.
= Rp. 45.000,00.
= Rp. 25.000,00.
= Rp. 70.000,00.
= Rp. 100.000,00
= Rp. 20.000,00.
= Rp. 10.000,00.
= Rp. 75.000,00.
= Rp. 20.000,00.
= Rp. 15.000,00.
= Rp. 30.000,00.
= Rp. 300.000,00.
= Rp. 550.000,00.
TOTAL 
= Rp. 2.830.100,00.

Itu diluar uang makan, biaya angkot kesana kemari.. kita lebih suka pakai taxi berhubung di kota Mataram ada banyak jurusan jalan yang tak bisa dimasuki angkot. Biaya tak terduga juga banyak  yahhh.. Diatas hanya perhitungan kotornya saja sebagai gambaran.. ^_^
Terima kasih saudara - saudara seperjalanan PALAHI HALAWANG untuk pendakian indah ini. Juga untuk kawan - kawan Mapala FE Universitas Mataram untuk kehangatannya terkhusus Bo dan Arya & kawan - kawan petualang Surabaya yang selalu kerepotan karena kita... ^_^
Thank U sangat tuk Tante Ris, Om Ahmad dan anak - anaknya yang manis - manis untuk berbaik hati menampung dan tante yang mengajari aku masak plecingan, makanan khas Lombok. :)
Packing.... Yuuk mareee..
Menuju Plawangan Sembalun
POS 1 Mt. Rinjani

Ngeksis.. :p
Our handsome guide, Arya... :)

Our passionate guide.. Boooo.. :)

Naik... naikk.. ke puncak gunuung.. tinggiiii.. tinggiiii sekaliii... :D


Asyeeekkk..... ^_^


Sabananya gokillll ...


Tempat nge-camp hari pertama.. Hati - hati monyeettt... :D


Ini dieeee monyetnya.....


Yang ngasih makan abangnya monyeeettttt.. hahahaha. peace.


Cantik.. cantik... viewnya..


With team Surabaya & Jakarta



In The topppp...
Deg - degaann tingginya.. haha
Kiteeeee... Palahi vs Mapala FE Unram.
Sunset @Sembalun Lawang
View nya ajiiib..
Team Surabaya, Brian, Pimen, Jambrong, Zafin & Ivan... Thank Uuuu.. :)
Bang Nharo, Bang Bim, Yani, Bang Syarban, Bang Djokja, Onha.. :)
Akhir dari jajaran bukit PHP... hahaha