Hadi
menatapnya lekat dan dia tak berani menantang mata pria itu. Endah diam, Donna tak mungkin bersuara. Akhirnya
semua diam tanpa suara. Orang – orang dalam food
court itu masih ramai dengan ceritanya masing – masing, dan mereka tetap
diam. Hanya Donna yang hampir menangis. Hadi terlihat kecewa. Tak ada
percakapan lagi. Akhirnya Hadi berpamitan balik ke hotelnya di seputaran
Natsepa. Namun sebelum balik dia meminta spidol yang digenggam hampir patah
oleh Donna dan menulis sesuatu di tisu itu. Agak panjang.
***********************************************
On
a wagon bound for market
there`s a calf with a mournful eye.
High above him there`s a swallow,
winging swiftly through the sky.
How the winds are laughing,
they laugh with all their might.
Laugh and laugh the whole day through,
and half the summer`s night.
there`s a calf with a mournful eye.
High above him there`s a swallow,
winging swiftly through the sky.
How the winds are laughing,
they laugh with all their might.
Laugh and laugh the whole day through,
and half the summer`s night.
Donna
– Donna –nya Joan Baez mengalun merdu berkelok – kelok memecah pagi. Angin
sejuk meniup sepoi melambai – lambaikan kain jendela kamar yang tipis. Donna
duduk disana, berpegang pada lututnya di jendela yang di design khusus agar
bisa diduduki itu. Tubuhnya masih dibalut piyama merah burgundy dengan corak
kotak – kotak kesukaanya. Dia melepas pandang pada pada ikan – ikan koi di
kolam dibawah. Rumahnya bertingkat dua dengan design klasik. Rumahnya tak
terlalu besar, namun halaman depan dan belakangnya sangat luas. Disana
ditumbuhi berbagai macam pepohonan, mulai dari pohon buah hingga pepohonan
akasia, rindang dan terawat. Ada beberapa jenis burung dan seekor rusa betina
yang dipelihara ayahnya menambah ramai penghuni halaman. Rumah asri itu dihuni
Donna, Kiki kakaknya, Bibi Juju dan Endah, anak bibi Juju.
Donna,
Donna, Donna, Donna; Donna, Donna, Donna, Don.
Donna, Donna, Donna, Donna; Donna, Donna, Donna, Don.
"Stop complaining!“ said the farmer,
Who told you a calf to be ?
Why don`t you have wings to fly with,
like the swallow so proud and free?“
Calves are easily bound and slaughtered,
never knowing the reason why.
But whoever treasures freedom,
like the swallow has learned to fly.
Donna, Donna, Donna, Donna; Donna, Donna, Donna, Don.
"Stop complaining!“ said the farmer,
Who told you a calf to be ?
Why don`t you have wings to fly with,
like the swallow so proud and free?“
Calves are easily bound and slaughtered,
never knowing the reason why.
But whoever treasures freedom,
like the swallow has learned to fly.
Lagu
mengalun terus dari speaker active dengan
full volume. Yang mendengar
sepertinya sangat menghayati lagu yang ditulis orang Yahudi yang telah dialih
bahasakan ke beberapa bahasa Negara di dunia tersebut. Dia tampaknya tak
menaruh peduli ditulis oleh siapa dan sebenarnya juga itu merupakan lagu dengan
rating tertinggi sering diputar di zona
aman 5 x 5m nya itu, walau kadang tak didengar pula. Tentang alasan mengapa dia
menyukai lagu itu, dalam rimba pikirnya lagu itu memang sengaja untuknya dan
manusia – manusia sepertinya. Lirik –
lirik yang mengagumkan, juga ada namaku, Donna. Begitu hematnya ketika
pertama kali mendengar dan mendownload liriknya
di internet. Dia setuju menjadi anak sapi ataupun burung itu adalah pilihan
karena kita akan bebas ataupun terintimidasi hidup itu terserah pada kita
sendiri. Namun kemudian dia berfikir kembali, apakah memang semuanya punya
pilihan. Dia sendiri merasa seperti anak sapi yang berharap punya sayap hingga
bisa terbang bebas dan bangga di udara. Melintasi batas fikir,
mendekatiNya. Setidaknya dia mengerahkan
semua tenaganya mencari sayap – sayap sisa yang mungkin disediakan Tuhan untuk
anak – anak sapi yang ingin bertransformasi sepertinya. Namun, sejauh ini sayap
– sayap itu belum mampu dia raih apalagi mengepaknya. Kalau sudah begitu maka
dia akan sampai pada sebuah kesimpulan bahwa kadang menjadi keduanya bukannlah
pilihan, tapi penunjukkan langsung dari Sang Tuan. Anak sapi tetaplah anak
sapi. Pesimis? Mungkin. Tak banyak. Toh dia berpikir anak sapi kelak juga akan
memiliki banyak menfaat ketika sudah menjadi dewasa, menghasilkan daging dan
susunya yang penuh nutrisi. Sabar dan maksimalkan semua kekuatan anugerah Sang
Tuan.
Kembali
ke ikan – ikan tadi. Melihat ikan – ikan itu begitu leluasa berenang kesana
kemari, dia baru ingat kalau sudah lama sekali dia tidak ke pantai dan
menikmati hangatnya sunset di atas surfing
board bersama Kiki. Sekarang, dia sedang ingin melakukannya karena suasana
hatinya yang juga sedang gelisah. Tiba – tiba sebuah pelukan hangat mendarat di
bahunya membuyarkan lamunannya yang sedari tadi.
“Hmmm… adikku sayang sedang
memikirkan apa?” Tanya Kiki sembari mengecup hangat rambut adiknya.
Yang ditanya tersenyum menggeleng –
gelengkan kepala. Kiki sangat menyayangi Donna sama seperi Donna menyayanginya.
Kiki pernah ditawari kerjaan di Luar
Negeri dengan gaji dengan nominal menggiurkan, tapi karena dia tak ingin jauh
dari adiknya itu hingga pekerjaan itu pun tak diambilnya. Saking dekatya mereka
berduq, Kiki bisa dibilang hampir selalu tahu kondisi hati adik semata
wayangnya itu.
“Bilang ama Kakak, mungkin Kakak
bisa bantu.” Ucap Kiki sembari disertakan dengan bahasa isyarat. Yeah, Donna
memiliki kekurangan fisik. Dia bisu sejak kecelakaan parah beberapa tahun lalu
yang berimbas pada beberapa syaraf dikepalanya. Ayah dan ibunya meninggal waktu
kejadian. Kakaknya telah berusaha membawanya berobat mulai dari pengobatan alternative
di kampung – kampun hingga operasi di luar negeri. Namun, hasilnya nihil, hanya
pendengarannya yang membaik. Fungsi saraf untuk suaranya tidak dapat berfungsi
lagi.
Dia menggeleng lagi. Kiki meleset.
“Kalau ada apa – apa ngomong ama
Kiki yeah?”
“Uhhmmmm..” Jawab Donna mengangguk.
Tersenyum.
Kiki bergegas meninggalkan kamar adiknya
karena akan berangkat kerja, tak lupa satu kecupan lagi didaratkan di rambut
indah Donna. Donna bersyukur dianugerahi makhluk kekar itu. Menjaga dan
menyayangiya, hingga tanpa ibupun dia tidak merasa kurangnya kasih sayang. Kiki
berlalu, Donna mendekati laptop merah burgundy yang dinamainya Hubby. Hubby
dianggapnya lebih dari sebuah gadget high tech dengan layar 14”, barang itu
seperti sahabat baiknya. Karena bisunya, Donna lebih banyak menjalin komunikasi
dengan makhluk lainnya dengan menggunakan Hubby tersayangnya itu. Berselancar
ria di dunia maya dan melupakan dunia nyata yang kadang menyakitkan untuk orang
– orang sepertinya. Donna rutin mengunjungi berbagai macam situs jejaring
sosial seperti facebook, twitter dan beberapa situs web chat lainnya. Seperti yang lain, dia juga sering mengunduh foto
– fotonya pada situs – situs itu. Ketika itulah, dia merasa begitu hidup dan
melupakan disabilitasnya. Sebenarnya dia tidak begitu minder dengan keadaannya,
hanya saja dia merindukan kala dia dapat bercakap – cakap lepas dengan temannya
dan menyanyikan lagu – lagu Saybia ataupun Kristina Aguilera favoritnya di
dalam kamar mandi.
Dari jejaring sosial inilah dia
mengenal sesosok pria yang membuatnya selalu gelisah jika tak saling bertukar
kabar barang sehari saja. Hadi Arya namanya, seorang pria asal Aceh. Donna berhubungan
dengan Hadi kurang lebih selama satu setengah tahun terakhir. Hubungan dari
sekedar chatting di dunia maya
berlanjut dengan saling tukar menukar nomor hp hingga akhirnya timbulnya
komitmen. Dia mengenal Hadi sebagai pria sholeh yang lembut tutur bahasanya. Hadi
selalu mengingatkannya untuk beribadah dan dekat pada Sang Tuan. Menurut hemat
Donna, pria itu adalah sosok lelaki ideal. Tapi ada satu masalah, mereka tak
pernah bertemu di dunia nyata dan Donna tak pernah jujur kepada Hadi tentang
disabilitasnya itu. Mereka selama ini berhubungan via chatt, jika Hadi ingin menelefon maka yang akan menjadi temannya
bercakap adalah Endah yang menjelma menjadi Donna atas permintaan adik
majikannya itu. Dia terlalu takut untuk kehilangan seseorang yang memberi
perhatian lebih padanya. Dia juga berfikir hubungan ini tak akan dibawa serius.
Hal itu tetap ada pada kenyamannya hingga kemarin waktu mereka chat.
“Aku akan datang ke Ambon besok. Aku
ingin ketemu kamu dan keluargamu.”
Sebuah pernyataan yang membuat darah
Donna berdesir sampai ke otak. Donna membisu, kali ini bisunya double. Ternyata dia salah kaprah
tentang keseriusan pria ini. Setelah beberapa saat berlalu dalam kebisuan.
“Adik tidak senang yah? Kenapa tidak
dibalas? Apakah hubungan kita hanya main – main untukmu, dik? Kalau memang main
– main, ternyata saya salah tentang adik. Aku serius dalam menjalani semua ini.”
Chat message susulan yang masuk
karena tidak ada balasan dari Donna. Tidak
ingin menjadi orang yang jahat, Donna kemudian meluruskan beberapa pernyataan
Hadi dan bersedia menemuinya. Hadi senang bukan kepalang. Donna galau bukan
main.
*****************************************
Scooter
merah memasuki areal parkir Ambon Plaza, tempat yang disetujui untuk
mengeksekusi pertemuan itu karena tempatnya yang gampang ditemukan. Mengenakan rok
hijau dan baju motif bunga – bunga, Donna kelihatan begitu anggun. Jilbab dengan
warna senada melengkapi kecantikannya. Tampak Endah dengan tampilan kurang
lebih serupa setia menemaninya. Seperti biasa. Kali ini Endah benar – benar tak
siap berlakon menjadi adik majikan sekaligus temannya itu. Takut ketahuan.
“Aku tidak bisa melakukannya kali
ini, Don. Kenapa kita tak jujur saja, kalau dia benar – benar sayang kamu berarti
dia akan terima kamu apa adanya.” Ucap Endah
kala memasuki lobi plaza. Dia ragu. Dengan wajah memelas, Donna meletakkan
tangan kanan di dada tepat di posisi jantungnya dan melakukan gerakan
melingkar. Endah mengerti apa yang dimaksud Donna. Dia sedang memohon untuk
ditolong. Hingga gerakan dan wajah itu dipasang Donna, maka benteng terkuat
dirinyapun akan luruh seketika karena sayangnya pada teman bisunya itu.
Setelah beberapa waktu, mereka telah
duduk bertiga dalam sebuah court food.
Endah mengaku sebagai Donna dan sebaliknya.
Donna tak tahu rasa apa yang ada dalam dirinya kini, benar – benar bergejolak.
Dadanya rasanya mau meledak. Jatuh cinta buta dengan pria ini. Pria ini ternyata tidak berpura – pura sedikitpun.
Tampangnya meneduhkan mungkin akibat basuhan air suci itu dan tutur katanya begitu
lembut dengan sentuhan dialek Aceh membuat siapapun merasa nyaman berbicara
dengannya. Dia benar – benar tak tahan pria ini berbicara lepas dan diimbuhi
tawa kecil dengan Endah, dan dirinya hanya
bisa senyam senyum. Dia kemudian
merasa bersalah karena telah membohongi pria ini. Pria yang dengan tulus
mencintainya walau tak pernah bertatapan langsung. Dalam hidupnya Donna tak
pernah membohongi orang lain seperti didikan mendiang orang tua dan kakaknya hingga
membuatnya makin gelisah. Dia tak ingin membohongi orang ini. Dia teringat akan
lagu favoritnya, Donna Donna.
Aku tak ingin
menjadi anak sapi hari ini. Yeeah tidak hari ini. Aku ingin menjadi burung itu,
terbang bebas. Bebas dari ketakutan akan ke-tidakterima-an orang terhadap
kekuranganku. Aku tidak terlahir bisu dan tidak sebagai pembohong. Kalaupun aku
bisu sekarang itu adalah takdir, tapi untuk membohongi orang ini, jelas itu
bukan takdir. Pikirnya panjang melihat mereka
berdua bergantian. Yang ditatap senyum.
Donna
meletakkan Cola yang sedang disedotnya,
mengambil sesuatu dari dalam tas mininya. Spidol. Tisu yang ada diatas mejanya pun
disobek dari plastic dan kemudian menulis sesuatu disana. Endah dan Hadi tiba –
tiba menghentikan percakapannya dan melihat kearahnya. Penasaran dengan apa yg
ditulisnya Hadi bertanya ingin tahu. Endah tegang. Donna tak menjawab sembari
menyodorkan kertas tisu itu pada Hadi.
“MAAF
TELAH BERBOHONG, SEBENARNYA AKULAH DONNA. MAAF.” Tulisnya.
*****************************************
Donna merasa tiba – tiba kamarnya
begitu sempit hingga dia tak sanggup bernafas. Tak henti dia mengucurkan air
mata kecewa karena reaksi Hadi ketika tahu keadaan sebenarnya. Dia mengeluarkan
tisu tadi dari dalam tasnya. Donna ternyata belum siap dengan reaksi Hadi yang
dituangkan balik dalam tisu itu, hingga dia memutuskan sampai di rumah baru
akan dibukanya kertas tisu itu. Donna membuka kertas tisu itu, dia menyemangati
dirinya bahwa Hadi mungkin memang bukanlah orang yang dapat mencintainya dengan
tulus. Apa yang di abaca selanjutnya akan membuatnya kaget hampir mati. Disana
tertulis,
“AKU MENUNGGUMU JUJUR, AKU SUDAH
MENGETAHUI SEMUANYA DARI ENDAH BEBERAPA BULAN LALU. AKU MENCINTAIMU KARENA
ALLAH DAN IJINKAN AKU MENJADI LIDAHMU KARENA ALLAH. WILL U MARRY ME..??”
Air matanya perlahan menetes
membuyarkan tinta pada tisu itu. Akhirnya hari ini dia menemukan cintanya
karena kebesaran cintaNya.