Seruput kopi pertamaSecarik kertas, sebatang pena dan genangan hujanKutulis ini sebagai lambang kasihTuk hitam – hitam maniskuYang penuh cinta merayap ke penaklukkan mimpiTengoklah tunas - tunas baru dari pohon mati belakang kelas ituHijau dan bersemangatSemakin dipermainkan rinai hujan makin lincah diaTak patah makin tumbuh suburSelaiyaknya kalian manis – maniskuTumbuhlah bersemangat dan suburHingga jelma pohon besar yang tangguhPersetan dengan nilai di raportTapi jangan persetan dengan ilmu dan akhlakmuAda ilmu ada akhlak datanglah nilai, manis – maniskuSeruput kopi keduaSecarik kertas, sebatang pena dan genangan hujanKutulis ini sebagai lambang kasihTuk hitam – hitam maniskuYang penuh cinta merayap ke penaklukkan mimpiDengarlah.Sekolah kadang tak tersenyum bersama kitaGuru sepertiku tak selalu selaiayak Saraswati yang tahu segalaAtaupun Athena yang bijak dan penyayangBuka mata buka hatiBelajarlah dari segalaRontokkan belenggu yang ikat kepalaCipta sayap – sayap asa yang kokohTerbanglah yang tinggi, manis – manisku.Walau sesekali harus atur nafas agar tak tumbang.Seruput kopi ketigaSecarik kertas, sebatang pena dan genangan hujanKutulis ini sebagai lambang kasihTuk hitam – hitam maniskuYang penuh cinta merayap ke penaklukkan mimpiIni kuberi kertas, ini kuberi pena penuh tintaEntahlah, hanya itu yang boleh kuberi.Semoga tak kumal dan kelabu di dalam tas lusuhManis – manisku...Maaf dari hati jika kadang menyakitiKucinta kalian dengan hatiku.Tak perlulah balas cintakuCukuplah cintai diri kalian sendiriKuanggap kalian begitu mencintaiku.Bukit Parangsana, 09 - Juni - 2015
Senin, 08 Juni 2015
Belum Ada Judul
Senin, 19 Januari 2015
Rinjani 3.726 mdpl
Rinjani.. sebuah puncak yang dipercaya merupakan tempat
bersemayamnya Dewi Anjani. Puncak ini merupakan salah satu mimpi kita
seperkawanan. Banyak pendaki memang yang bernazar tuk menginjakkan kaki di
gunung api tertinggi kedua di Indonesia ini. Gunung yang berketinggian 3.726
mdpl ini memang menawarkan landscape yang
luar biasa indah. Berhubung libur telah tiba dan beberapa hal lain telah diselesaikan
maka, kita berencana untuk mengeksekusi mimpi itu.
Yeepp.. postingan aku kali ini tentang perjalanan ke Mt.
Rinjani yang berlokasi di Lombok, NTB. Sebelum perjalanan ini menguap dan
hilang termakan lupa, mari diabadikan. :D
11 Desember 2014
Heehhh.. Perjalanan ini berawal
dengan beberapa kesialan.. hehehe. Bagaimana tidak? Aku yang seharusnya depart
pukul 12.30 siang, malah di delay sampe jam 04.00 sore. Kesialan berlanjut
ketika yang tadinya hanya transit di Surabaya, ini malah harus transit di Makassar
juga. It’s gonna be a tiring flight. Ehh sampe di Surabaya, si pihak maskapai
menyampaikan bahwasanya sanak, sudah tak ada flight lagi ke Lombok.
Dikarenakan
baru esok ada flight lagi, so Ibis Budget Hotel dalam Juanda jadi tempat
pengungsian semalam. Lumayanlah untuk istirahat.
12 Desember 2014
Setelah check out, aku sempetin
sarapan then check in tuk flight ke Lombok. Flight ke Lombok tepat pukul 07.00
pagi, hingga sekitar pukul 08.00 pagi dah tiba di International Airport of
Lombok. Dan sama seperti bandara dan pelabuhan di seluruh pelosok tanah air,
berhati – hatilah dengan para calo. Atleast
itulah salah satu hal mendasar yang aku pelajari jika travelling sendirian
dengan budget pas – pasan. :D
Diluar gate bandara banyak damri
yang berjejeran. Aku memilih tuk naik angkutan itu untuk menghemat (teteeep..
hahaha), daripada naik taksi, mahal. Untuk yang bepergian dengan kantong tebal
sih silahkaaan. Damri – damri tersebut menuju Pool damri di kota Mataram. Pool
damri itulah yang aku tuju, karena disana telah menunggu bang Syarban. Rencana
awal kita akan menginap di basecamp Mapala
FE Universitas Mataram, kawan – kawan dari Mapala yang berbaik hati untuk
menjadi guide kita ke puncak
nantinya. Namun, dengan beberapa pertimbangan, maka kita jadinya menginap di
rumah tante Risna, tantenya Bang Syarban.
16 Desember 2014
Setelah
beberapa hari menikmati wisata pantai Lombok yang indah dan juga wisata kuliner
yang selalu berlimpah lombok, finally kita
dapat juga hari baiknya (kayak mau nikah aja.. :D). Rencananya besok kita akan
mulai muncak. Tim kita berjumlah enam orang ditambah dua kawan dari mapala FE
Unram. Bertujuhnya para pejantan tangguh terdiri dari Bang Syarban, Bang Bim,
Bang Nharo, Bang Djokja juga Yani, Bo dan Arya. Sedang aku sendirian yang
betina manis.. :p
Rencananya
malam ini, kita stay di basecamp Unram.
Setelah kita recheck segala peralatan dan logistik untuk empat hari plus
cadangan seperti yang kita rencanakan, dari rumahnya tante kita meluncur ke basecamp mapala FE Unram. Inilah yang
selalu aku senangi dari pemuda – pemudi yang menamai diri mereka pecinta alam.
Hangat, humoris dan juga saling menyayangi sejenis mereka wherever they’re
from. ^_^
17 Desember 2014
Bangun pagi
dan langsung sarapan bersama di satu nampan besar berisi nasi, sayuran, dan
telur goreng di depan basecamp. Ahhh
betapa indahnya persaudaraan.. ^_^
Pukul 09.00
pagi, setelah berdoa kemudian dengan angkot sewaan kita berangkat dari kampus
Unram menuju Plawangan Sembalun. Kita memang merencakan naik dari Plawangan
Sembalun dan turun via Senaru. Sekitar pukul 12.30 siang kita tiba di pasar
aikmel dan mengganti kendaraan sebelumnya dengan mobil pick up. Waktu tempuh
dari pasar aikmel hingga pos lapor di plawangan sembalun sekitar sejam. Hujan
menemani perjalanan kita hingga ke pos lapor. Karena perut sudah keroncongan,
maka setelah melapor di pos kita sempatkan makan siang diseputaran pos.
Kita mulai
mendaki pukul 02.00 siang. Aroma kotoran sapi seakan jadi ungkapan selamat
datang para sapi yang hangat sehangat kotorannya yang juga bisa menghangatkan
tubuh itu (Kok ngomongin kotoran sapi sih.. hahaha). Tracking awal bermula dari masuk keluar sebuah sungai kecil tanpa
aliran air then hutan hujan yang tak terlalu luas. Setelah itu, welcome to the outstanding and loooooooong
track sabanaaaa.... track Rinjani memang agak landai awalnya hanya saja
panjaaaaaang.. :D
Beruntung dan sekaligus sedikit mengecewakan naik pada bulan –
bulan ini. Beruntungnya karena cuaca mendung hingga track jauh tanpa ada pohon
untuk berlindung itu bisa dilewati walau tanpa tabir surya. Kalau saja
mentarinya terik, maka jangan coba – coba dengan track Rinjani tanpa sunblock lotion kalau tidak mau jadi
panggangan empuk... hahaha.. Sedikit mengecewakan siih karena terlalu banyak
kabut hingga menutupi viewnya yang luar biasa. L
Naik kemudian turun, turun kemudian naik lagi. Banyak yang
bilang ini bukit telettubies, tapi ini mah bukan bukit teletubbies melainkan
bukit cari mati. Cari mati digebukin sama kita, abis jalan naik turun terus gak
sampai – sampai di tujuan juga, main perasaan kayak di php-in cowok ni bukit..
:D
Sekitar pukul 04.30 sore kita sampai di pos 1.
Pos 1 berupa bangunan terbuka semi permanen yang biasanya disebut pos
pemantauan. Kita tak berhenti lagi namun langsung menuju ke Pos 2 karena kita
memang berencana untuk nge-camp di pos 2 hari ini. Pendakian kali ini merupakan
joyful hiking jadi santai – santai saja. Sampai di pos 2 atau pos trengengean sekitar
pukul 04.45 sore. Si Arya dan Bo menyempatkan diri ke bawah jembatan untuk
mengambil air dari sumber air, hanya saja jerigen yang dibawa Bo bekas jerigen
minyak tanah.. ahh si Boooo. Akhirnya, tidak jadi mengambil air di pos 2. Tak
jauh dari situ ada sebuah bangunan beratap seng. Rencana untuk nge-camp malam
ini di pos 2 tak jadi dilakukan, kita hanya istirahat untuk sekedar minum air
yang tersisa di botol. Ada beberapa porter disana. Perawakan mereka rata – rata
pendek, hitam legam tanpa kaos dan hanya pakai sandal jepit. Ada yang umurnya
yang sudah terhitung tak muda lagi. Jika kita mendaki pakai carrier sudah sombong, maka coba kita
pikul beban seperti para porter ini yang bisa mencapai 20 – 40 kg dengan pusat
beban hanya pada satu bahu, nyahoooo.. hahaha.
Sempetin cerita dan kepo dengan salah satu
porter, menurutnya dalam seminggu beliau bisa mendaki Rinjani empat kali dengan
tarif 150 s/d 250 perhari. Namun, jika si tamu juga bisa di offer paket yang sudah disediakan, ada
paket mulai dari 1jtan sampai 2jtan. Dari mulai yang membawa bebek sampai
membawa kambing hidup ke plawangan. Bayangiiin, kambiiing dipikuuulll.. holy
sh*t.. bisa gak yah sapi dipikul.. ahahaha.... Salut dah buat para porter
Rinjani.
Kita melanjutkan perjalanan ke pos 3 pukul
05.30 sore. Naik turun bukit lagi, sabana lagi, ngos – ngosan lagi.. hehehe.
Sampai di pos 3 sekitar pukul 06.40 sore. Tenda didirikan, kopi diseduh. Udara
dingin mulai menusuk. Karena perut yang keroncongan perlu diisi, logistik hari
pertama dikeluarkan tuk dimasak. Bo dan aku yang menjelma koki malam ini.
Menunya simple aja, nasi, mie instan bertabur tomat dan telur puyuh plus ikan
sarden. Hati – hati disini, banyak monyet yang nakal dan suka mencuri makanan
pendaki. Setelah makan, kita kemudian berkenalan dengan tim dari Surabaya
terdiri dari Jambrong, Zafin, Brian, Ivan dan juga Pimen. Setelah ritual ngopi
bertabur canda, kita masing – masing kembali ke tenda dan istirahat kecuali aku dan
bang djokja. Bang Djokja nya curhat panjaaaaaang sepanjang track tadi, mungkin
pas momennya, pas hawanya.. hahahaha... peace bang.
18 Desember 2014
Kita mulai
packing, sarapan dan berangkat menuju pos 3 pukul 10.00 pagi. Pendakian sebenar
– benarnya pun dimulai. Jalur sudah mulai menanjak. Naik turun bukit. Bukit
penyesalan atau apalah itu namanya. Ada juga bukit yang kita sepakat menamainya
bukit “parlente”, dalam bahasa Ambon berarti bukit tipuan. Bagaimana tidak,
jaraknya sedekat mata memandang, tapi kalau ditempuh bisa sejam. Ahhh.. itulah,
dekat dimata tapi jauh di kaki..hahaha..
Kita berjalan beriringan dengan tim Surabaya.
Di perjalanan kita bertemu dengan satu tim yang kocak, tim yang dikomandoi bang
Roy dari Jogjakarta. Dijanjiin untuk berlibur di pantai malah kesasar di
Rinjani dengan tas PNPM nya. Lucu, ngos – ngosannya lebay.. hahaha.. halo bang
Rooy.
Sekitar pukul 03.00 sore kita sudah mencapai
tempat camp plawangan sembalun. Disana
terlihat beberapa bule yang sedang bercengkrama ria. Bo merekomendasikan untuk
nge-camp di bibir tebing yang mengarah ke barat agar mengarah langsung ke Danau
Segara Anak.
19 Desember 2014
Summit Attack
Mimpi pun sudah di depan
mata. Bukan sekedar pendakian, namun lebih ke pengguguran ego dan pencapaian
mimpi. Pukul 01.30 malam kita mulai bangun dan memanaskan hawa tubuh dengan teh
hangat. Terlihat rombongan Bang Roy yang dah nanjak dari pukul 00.00 malam.
Mereka takut tidak sampai di puncak tepat waktu berhubung mereka sadar langkah
mereka yang lambat. Setelah kita berdo’a semoga Sang Pemilik Segala Puncak
menghendaki kita agar menginjakkan kaki di puncak, tim kita dan Surabaya mulai
melakukan summit attack pukul 02.00
dini hari. Pasir dan batu menghiasi track
menuju summit. Jadi pertamanya kita berenam yang awam rinjani ini mengira
bahwa puncak dari punggungan bukit pertama merupakan puncak Rinjani karena
memang puncak itu yang terlihat dari plawangan. Setelah menanjak terus beberapa
jam hingga menggapai puncak pertama dari punggungan tersebut, ternyata ohhh
TUHAN MANIS DI SURGA masih ada beberapa punggungan lagi. Ohhh Bo dan Arya, how could you do this to me? Hiikkss...
:D
Langkah mulai
terseok – seok dan haus mulai menggerogoti tenggorokan. Arya yang membawa
logistik membagi – bagikan biskuit dan air untuk dimakan sekedar untuk menambah
energi dan mengusir haus. Kita sama – sama dengan Aldi dari Surabaya jalan
perlahan menuju puncak. Didepan tim kita terlihat tim bule Jerman, di bawah
punggungan terlihat banyak titik – titik
cahaya berjejeran seperti pawai cahaya. Berjalan harus fokus dikarenakan sisi
kiri kanan yang terjal dan masih gelap. Di sebelah kanan terlihat desa Sembalun
Lawang yang penghuninya masih terlelap dalam tidur, dan kita dengan segala
ketololan terseok – seok dengan nafas memburu akibat udara yang menipis dan
degup jantung yang kencang.
Melihat
langit diatas sana, aku mengingat dialog dalam salah satu film milik Disney,
“Frozen”.
“The sky’s awake, so I
am awake” (Langit terbangun, jadi aku juga terbangun)
Bintang bertaburan dalam
kitab langit, bulan mengawasi liar, dan kita bagai noktah kecil diatas awan
dekat langit, apalagi yang kita butuhkan? Kita bahagia dengan apa adanya kita.
Kisah kita telah termaktub dalam kitab langit dalam abadi seabadi kisah legenda
Dewi Anjani.
Sekitar pukul 06.00 pagi
kita telah mencapai puncak. Syukur dan pujian tuk Sang Tuan tak henti
diucapkan. Danau Segara Anak terbentang indah. Kita menghabiskan waktu di
puncak untuk berfoto ria dan menghabiskan puding susu yang dibawa si Zafin (kawan
dari tim Surabaya).
Karena tangan hampir kram,
kita memutuskan untuk turun. Hahh.. naik itu indah, turun itu membosankan dan
mengesalkan. Terseok – seok dalam pasir yang panjang dan berfoto – foto dengan
Edellweis, maka sekitar pukul 11.00 kita sampai di plawangan. Hari ini kita tak
langsung turun gunung karena ingin bermalam semalam lagi di plawangan, menunggu
cuaca baik untuk turun ke Segara Anak.
20 Desember 2014
Jalur
yang licin karena hujan dan kabut yang menutupi, si Bo dan Arya tak mau ambil
resiko walau kita paksa untuk turun di jalur Senaru. Juga karena kemarin kita
mendengar longsor besar serupa guntur super dahsyat disana, maka kita sepakat
tuk turun jalur Sembalun lagi. Setelah sarapan pukul 10.00 pagi, kita mulai
turun gunung.
Sampai pos ekstra 3, kita
sempatkan makan siang. Logistik kita habiskan karena gagal turun Segara Anak.
Yang terakhir yang spesial. Kali ini yang memasak koki lintas nusantara.. hehe..
bagaimana tidak? Ada empat koki terbaik chef
Aldi (Jakarta), chef Bo (Lombok),
chef Brian (Surabaya) dan chef Bim (Maluku). Bisakah anda
membayangkan rasa makan siang kita? Tentu rasa NUSANTARA... :D
Dari pos 3, setelah makan
kenyang dengan menu rasa Nusantara maka kita melanjutkan perjalanan turun. Pos
2 kemudian pos 1 kita lewati. Kakiku sedikit terkilir hingga aku dan Brian yang
juga kakinya jalan perlahan. Tepat pukul
04.30 sore kita sampai di Sembalun Lawang. Disana telah menunggu Pak lek dengan
angkotnya menjemput kita. Semua carrier dinaikkan
diatas bagasi dan kita langsung jalan. Menurut Pak lek kita lewat belakang
hingga perjalanan terasa sangat panjang karena kita hampir mengitari pulau
Lombok. Sekitar pukul 08.00 malam kita sempetin berhenti makan malam di warung.
Selamat datang di peradaban Lombok lagi, jadi makanannya tentu super pedas.
ALWAYS. Sekitar pukul 10.00 malam baru
tiba di Unram. Kita stay semalam di basecamp
mapala FE Unram, rencananya esok baru balik ke rumah tante Ris. Kawan – kawan
mapala sangat hangat dan kita sangat berterima kasih untuk itu.
24 Desember 2014
Setelah
packing, pukul 12.30 siang kita menuju terminal bis Mandalika di Lombok. Rute
pulang ke Ambon yang kita rencanakan yaitu Lombok – Surabaya – Ambon. Kita yang
berenam tinggal bertig karena yang lain telah berpencar duluan. Dari terminal
menuju Pelabuhan Lembar dan naik ferry ke Pelabuhan Padang Bay, Bali. Sampai di
Pelabuhan Padang Bay kita bertiga sempat sprint 300 meter gara – gara
ketinggalan bis. Kita mengira bis disini satu rahim dengan bis di Ambon, hingga
sama adabnya, ehh ternyata bis ini mau kamu ada atau tidak didalam bis, waktunya
jalan.. yah jalannn.. peduli setan.. hahahaha..
Bis
dari Pelabuhan Padang Bay - Pelabuhan Gilimanuk then menyeberang ke Pelabuhan
Ketapang. Dari Ketapang kita melanjutkan perjalanan menuju terminal bis
Purabaya, Surabaya
25 Desember 2014
Tiba di terminal Purabaya
pukul 12.30 siang. Pimen berbaik hati menjemput dan kita stay di rumah Pimen.
26 Desember 2014
Dari rumah Pimen kita
menuju basecamp petualang di depan kantor Indosat. Disana kita bertemu dengan
Jambrong, Alvian, Vins, dll. Ada juga mamanya Jambrong dan adik perempuannya.
Mereka begitu hangat, hatipun terasa sangat hangat berada di tengah mereka. ^_^
27 – 28 Desember 2014
Sempat stay di rumahnya
zafin, kita menuju Tanjung Perak tuk balik ke Ambon.
Estimasi Anggaran
Estimasi Anggaran
Tiket pesawat Ambon –
Lombok via Jakarta
Pajak Bandara Pattimura
Pajak Bandara Juanda
Damri ke Pol Damri
Mataram
Sewa mobil ke
Plawangan Sembalun
Patungan logistik
Tiket masuk Rp. 5.000/
malam
Ongkos makan siang
Sewa mobil pulang ke
Mataram
Ongkos Makan malam
Ongkos Taxi pulang ke
rumah dari basecamp
Ongkos Taxi dari rumah
ke Terminal Mandalika
Bus dari Lombok –
Surabaya
Tiket kapal PELNI
Surabaya – Ambon
|
= Rp. 1.540.100,00.
= Rp. 30.000,00.
= Rp. 45.000,00.
= Rp. 25.000,00.
= Rp. 70.000,00.
= Rp. 100.000,00
= Rp. 20.000,00.
= Rp. 10.000,00.
= Rp. 75.000,00.
= Rp. 20.000,00.
= Rp. 15.000,00.
= Rp. 30.000,00.
= Rp. 300.000,00.
= Rp. 550.000,00.
|
TOTAL
|
= Rp. 2.830.100,00.
|
Itu
diluar uang makan, biaya angkot kesana kemari.. kita lebih suka pakai taxi berhubung di kota Mataram ada banyak jurusan jalan yang tak bisa dimasuki angkot. Biaya tak terduga juga banyak yahhh.. Diatas hanya perhitungan kotornya saja sebagai gambaran.. ^_^
Terima kasih saudara - saudara seperjalanan PALAHI HALAWANG untuk pendakian indah ini. Juga untuk kawan - kawan Mapala FE Universitas Mataram untuk kehangatannya terkhusus Bo dan Arya & kawan - kawan petualang Surabaya yang selalu kerepotan karena kita... ^_^
Thank U sangat tuk Tante Ris, Om Ahmad dan anak - anaknya yang manis - manis untuk berbaik hati menampung dan tante yang mengajari aku masak plecingan, makanan khas Lombok. :)
Packing.... Yuuk mareee.. |
Menuju Plawangan Sembalun |
POS 1 Mt. Rinjani |
Ngeksis.. :p |
Our handsome guide, Arya... :) |
Naik... naikk.. ke puncak gunuung.. tinggiiii.. tinggiiii sekaliii... :D |
Asyeeekkk..... ^_^ |
Sabananya gokillll ... |
Tempat nge-camp hari pertama.. Hati - hati monyeettt... :D |
Ini dieeee monyetnya..... |
Yang ngasih makan abangnya monyeeettttt.. hahahaha. peace. |
Cantik.. cantik... viewnya.. |
With team Surabaya & Jakarta |
In The topppp... |
Deg - degaann tingginya.. haha |
Kiteeeee... Palahi vs Mapala FE Unram. |
Sunset @Sembalun Lawang |
View nya ajiiib.. |
Team Surabaya, Brian, Pimen, Jambrong, Zafin & Ivan... Thank Uuuu.. | :) |
Bang Nharo, Bang Bim, Yani, Bang Syarban, Bang Djokja, Onha.. :) |
Akhir dari jajaran bukit PHP... hahaha |
Langganan:
Postingan (Atom)