Seruput kopi pertamaSecarik kertas, sebatang pena dan genangan hujanKutulis ini sebagai lambang kasihTuk hitam – hitam maniskuYang penuh cinta merayap ke penaklukkan mimpiTengoklah tunas - tunas baru dari pohon mati belakang kelas ituHijau dan bersemangatSemakin dipermainkan rinai hujan makin lincah diaTak patah makin tumbuh suburSelaiyaknya kalian manis – maniskuTumbuhlah bersemangat dan suburHingga jelma pohon besar yang tangguhPersetan dengan nilai di raportTapi jangan persetan dengan ilmu dan akhlakmuAda ilmu ada akhlak datanglah nilai, manis – maniskuSeruput kopi keduaSecarik kertas, sebatang pena dan genangan hujanKutulis ini sebagai lambang kasihTuk hitam – hitam maniskuYang penuh cinta merayap ke penaklukkan mimpiDengarlah.Sekolah kadang tak tersenyum bersama kitaGuru sepertiku tak selalu selaiayak Saraswati yang tahu segalaAtaupun Athena yang bijak dan penyayangBuka mata buka hatiBelajarlah dari segalaRontokkan belenggu yang ikat kepalaCipta sayap – sayap asa yang kokohTerbanglah yang tinggi, manis – manisku.Walau sesekali harus atur nafas agar tak tumbang.Seruput kopi ketigaSecarik kertas, sebatang pena dan genangan hujanKutulis ini sebagai lambang kasihTuk hitam – hitam maniskuYang penuh cinta merayap ke penaklukkan mimpiIni kuberi kertas, ini kuberi pena penuh tintaEntahlah, hanya itu yang boleh kuberi.Semoga tak kumal dan kelabu di dalam tas lusuhManis – manisku...Maaf dari hati jika kadang menyakitiKucinta kalian dengan hatiku.Tak perlulah balas cintakuCukuplah cintai diri kalian sendiriKuanggap kalian begitu mencintaiku.Bukit Parangsana, 09 - Juni - 2015
Senin, 08 Juni 2015
Belum Ada Judul
Langganan:
Postingan (Atom)