Aku
masih menenggelami malam bersama siluet diri di dinding putih dalam kamar 2 x
4m ku ini. Sudah kuhabiskan dua gelas kopi. Cairan hitam pekat ini perlahan
menyetubuhi kerongkonganku. Full list lagu om Daniel Sahuleka favoritku mengudara
berharmony dengan lengangnya malam yang berkelok – kelok. Kupandangi jam di
layar hape murahan yang merk – nya pun seperti nama samaran temanku Hamit atau
Ismit itu. Di layarnya tertera pukul 11.25 malam. Aku menerawang kosong
melompong asal terawang. Sudah kusetel reminder
dengan label happy birthday. Sebentar
lagi kau akan berkurang umur, bermetamorfosa jadi makhluk yang lebih tua.
Masihkah kau ingat pertama kali kita bertemu beberapa
tahun lalu. Ketika itu kita sedang menjalani masa orientasi mahasiswa. Kau
senang menyenandungkan lagu Baby oh Baby
atau apalah judulnya itu milik Cinta Laura. Suaramu dari nilai 10 kuhadiahi 0
saat itu. Begitu sumbang dan nadanya lari zig zag kayak orang dikejar babi,
kalau didengar Cinta Laura mungkin bisa digugat dengan pasal seenaknya banting
lidah hingga lagunya terdengar aneh. Tapi disisi lain, aku salut dengan
semangatmu itu. Tak pusing dengan kata orang. Semangatmu dari nilai 10
kuhadiahi 11. Bersama sepupumu itu kalian seperti kembar siam gila. Naga –
naganya ingin bernyanyi dengan aksen British
English fasih tapi yang terjadi malah lidah berputar kayak gulungan roti
molen. Aku suka orang gila karena tidak
sedikit yang menganggapku seperti itu. Aku tipikal orang yang banyak diam dan senang
mengamati. Tidak banyak bicara dengan orang baru dan jikalau bicarapun hanya
jika diperlukan. Berbanding terbalik denganmu yang hiperaktif seperti ponaan 7
tahun ku jika disogok uang pattimura. Kau yang berisik dengan pembicaraan
kosong dan sedikit songong, sangat tak kusukai disamping gadis galau yang baca
puisi sambil ngesot kayak film horror itu. Aku ingat juga ketika kau tak mau
ambil baik ketika dibilang orang miskin oleh senior jorok dengan merah pinang
di mulut. Aku hanya bisa geleng – geleng kepala dan abstain. Ada tiga alasan
sebenarnya aku geleng – geleng, alasan yang pertama aku merasa lucu denganmu yang
lugu sekaligus terlalu jujur, alasan yang kedua aku pusing melihat senior
dengan ludah pinang keteteran di sudut - sudut bibirnya itu, dan alasan
terakhir…hmmmm.. lupa aku. Senior itu pulalah dengan tiga senior sok disiplin yang
menggonggongku seperti sepherd karena
aku mengikuti orientasi pakai sandal. Dan kau….. kau selalu tersenyum
melihatku. Aku tak tahu mengapa kau selalu begitu. Apa waktu itu diotakmu aku seperti
badut keliaran. Tak tahulah.
Seiring
waktu berlalu, tak tahu di episode yang mana kita bisa bersahabat dan dekat. Mungkin
benar kata idolaku Soe Hok Gie, “Kita berbeda dalam segala kecuali dalam
cinta”. Cinta itulah yang menyatukan kita. Eiiitsss… jangan pernah berpikir aku
lesbian looh. Cuiiihhh…….normal booss.. Hehe.. Kita saling berbagi sedih dan asa.
Kita yang memiliki rasa kehilangan yang sama terhadap sosok berarti dalam
hidup. Kita yang mencari rasa yang tak terbentuk dalam dimensi ini, berharap
menemukan hikmah dibalik semua kisah yang digelar dalam panggung catur Sang
Tuan Penelur Jagat.
Hari
ini kau akan berganti usia lagi. Selamat ulang tahun sahabat. Aku tak punya apa
– apa untuk diberi berhubung aku sedang krisis vit. U. Tadi sudah kurogoh semua
saku celana kotorku bahkan recehan lima ratus pun tak kutemukan.. kere stadium
akhir, tinggal gantung diri di kain pintu.. hehehe.. Aku hanya bisa menghadiahimu kasih sayang dan
kalimat – kalimat sampah pemicu memory hidup lalu. Semoga kau selalu diberi
kematangan berlaku dan berpikir dalam hidup oleh Tuhan. Hidupilah hidupmu
sahabat. Kita dilahirkan untuk berjuang. Tuhan punya rencana untuk masing-
masing dari kita tapi Tuhan akan dengan senang hati menimbang – nimbang rencana
kita untuk dihadiahi pada diri kita sendiri, tergantung seberapa besar usaha
kita merealisasikan rencana itu. Aku cukup kenal kau, kau yang tegar namun
kadang rapuh. Semoga kau bisa contohi beringin sahabatku. Akarnya akan selalu
mencari pegangan agar tetap berdiri kokoh walau harus menghujam menembus
kerasnya batu sekalipun. Kita akan selalu belajar tentang hidup sahabat. Teruslah
genggam tangan kurus ini, kita berjalan dan terus berjalan menapaki kerikil
tajam hidup yang akan mendamaikan, melukai bahkan menguliti hati kita. Dan saat
kau tak mampu lagi genggam tanganku, maka saat itu pula simpanlah dalam rimba
otakmu bahwa kita dan kekitaan kita pernah meramaikan cerita kebersahajaan
hidup.
Aku
percaya bahwa tarian jiwa tak akan pernah
berhenti walau nafas tak menyatu lagi dengan jasad. Manusia datang, dan manusia akan pergi seperti sumber ekstaseku, hujan. Aku mungkin menjadi sahabatmu kemarin dan hari ini, tapi tak tahu
besok dan lusa. Mungkin kita akan saling membunuh dalam rasa dan menikam satu
sama lain. Aku sendiripun tak percaya dengan konsep sahabat sejati. Namun yang
pasti, ketika kau dan aku masih sempat bersama kita harus selalu berjalan, dan
terus berjalan, sahabatku. Berjalanlah, karena dunia tak
sebatas kotak nyamanmu dibalik ketiak
ayahmu. Berjalanlah, maka kau akan belajar banyak tentang hidup, kau akan menguak tabir hidupmu yang bahkan mungkin tak kau percayai. Teruslah menari dengan jiwamu, mungkin suatu hari nanti kau akan dengan bangga
membuat lelaki tegar dengan kumis megah itu tersenyum padamu dan menabuh genderang kemenangan pada mereka yang
pernah mematahkan ataupun mencapakkan hatimu…. ^_^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar