Rabu, 06 Juni 2012

Bahasa Hujan Untuk Juni di Bulan Juni


            Aku masih menenggelami malam bersama siluet diri di dinding putih dalam kamar 2 x 4m ku ini. Sudah kuhabiskan dua gelas kopi. Cairan hitam pekat ini perlahan menyetubuhi kerongkonganku. Full list lagu om Daniel Sahuleka favoritku mengudara berharmony dengan lengangnya malam yang berkelok – kelok. Kupandangi jam di layar hape murahan yang merk – nya pun seperti nama samaran temanku Hamit atau Ismit itu. Di layarnya tertera pukul 11.25 malam. Aku menerawang kosong melompong asal terawang. Sudah kusetel reminder dengan label happy birthday. Sebentar lagi kau akan berkurang umur, bermetamorfosa jadi makhluk yang lebih tua.
Masihkah  kau ingat pertama kali kita bertemu beberapa tahun lalu. Ketika itu kita sedang menjalani masa orientasi mahasiswa. Kau senang menyenandungkan lagu Baby oh Baby atau apalah judulnya itu milik Cinta Laura. Suaramu dari nilai 10 kuhadiahi 0 saat itu. Begitu sumbang dan nadanya lari zig zag kayak orang dikejar babi, kalau didengar Cinta Laura mungkin bisa digugat dengan pasal seenaknya banting lidah hingga lagunya terdengar aneh. Tapi disisi lain, aku salut dengan semangatmu itu. Tak pusing dengan kata orang. Semangatmu dari nilai 10 kuhadiahi 11. Bersama sepupumu itu kalian seperti kembar siam gila. Naga – naganya ingin bernyanyi dengan aksen British English fasih tapi yang terjadi malah lidah berputar kayak gulungan roti molen.  Aku suka orang gila karena tidak sedikit yang menganggapku seperti itu. Aku tipikal orang yang banyak diam dan senang mengamati. Tidak banyak bicara dengan orang baru dan jikalau bicarapun hanya jika diperlukan. Berbanding terbalik denganmu yang hiperaktif seperti ponaan 7 tahun ku jika disogok uang pattimura. Kau yang berisik dengan pembicaraan kosong dan sedikit songong, sangat tak kusukai disamping gadis galau yang baca puisi sambil ngesot kayak film horror itu. Aku ingat juga ketika kau tak mau ambil baik ketika dibilang orang miskin oleh senior jorok dengan merah pinang di mulut. Aku hanya bisa geleng – geleng kepala dan abstain. Ada tiga alasan sebenarnya aku geleng – geleng, alasan yang pertama aku merasa lucu denganmu yang lugu sekaligus terlalu jujur, alasan yang kedua aku pusing melihat senior dengan ludah pinang keteteran di sudut - sudut bibirnya itu, dan alasan terakhir…hmmmm.. lupa aku. Senior itu pulalah dengan tiga senior sok disiplin yang menggonggongku seperti sepherd karena aku mengikuti orientasi pakai sandal. Dan kau….. kau selalu tersenyum melihatku. Aku tak tahu mengapa kau selalu begitu. Apa waktu itu diotakmu aku seperti badut keliaran. Tak tahulah. 
Seiring waktu berlalu, tak tahu di episode yang mana kita bisa bersahabat dan dekat. Mungkin benar kata idolaku Soe Hok Gie, “Kita berbeda dalam segala kecuali dalam cinta”. Cinta itulah yang menyatukan kita. Eiiitsss… jangan pernah berpikir aku lesbian looh. Cuiiihhh…….normal booss.. Hehe.. Kita saling berbagi sedih dan asa. Kita yang memiliki rasa kehilangan yang sama terhadap sosok berarti dalam hidup. Kita yang mencari rasa yang tak terbentuk dalam dimensi ini, berharap menemukan hikmah dibalik semua kisah yang digelar dalam panggung catur Sang Tuan Penelur Jagat.
Hari ini kau akan berganti usia lagi. Selamat ulang tahun sahabat. Aku tak punya apa – apa untuk diberi berhubung aku sedang krisis vit. U. Tadi sudah kurogoh semua saku celana kotorku bahkan recehan lima ratus pun tak kutemukan.. kere stadium akhir, tinggal gantung diri di kain pintu.. hehehe..  Aku hanya bisa menghadiahimu kasih sayang dan kalimat – kalimat sampah pemicu memory hidup lalu. Semoga kau selalu diberi kematangan berlaku dan berpikir dalam hidup oleh Tuhan. Hidupilah hidupmu sahabat. Kita dilahirkan untuk berjuang. Tuhan punya rencana untuk masing- masing dari kita tapi Tuhan akan dengan senang hati menimbang – nimbang rencana kita untuk dihadiahi pada diri kita sendiri, tergantung seberapa besar usaha kita merealisasikan rencana itu. Aku cukup kenal kau, kau yang tegar namun kadang rapuh. Semoga kau bisa contohi beringin sahabatku. Akarnya akan selalu mencari pegangan agar tetap berdiri kokoh walau harus menghujam menembus kerasnya batu sekalipun. Kita akan selalu belajar tentang hidup sahabat. Teruslah genggam tangan kurus ini, kita berjalan dan terus berjalan menapaki kerikil tajam hidup yang akan mendamaikan, melukai bahkan menguliti hati kita. Dan saat kau tak mampu lagi genggam tanganku, maka saat itu pula simpanlah dalam rimba otakmu bahwa kita dan kekitaan kita pernah meramaikan cerita kebersahajaan hidup.
Aku percaya bahwa tarian jiwa tak akan pernah berhenti walau nafas tak menyatu lagi dengan jasad. Manusia datang, dan manusia akan pergi seperti sumber ekstaseku, hujan. Aku mungkin menjadi sahabatmu kemarin dan hari ini, tapi tak tahu besok dan lusa. Mungkin kita akan saling membunuh dalam rasa dan menikam satu sama lain. Aku sendiripun tak percaya dengan konsep sahabat sejati. Namun yang pasti, ketika kau dan aku masih sempat bersama kita harus selalu berjalan, dan terus berjalan, sahabatku. Berjalanlah, karena dunia tak sebatas kotak nyamanmu dibalik ketiak ayahmu. Berjalanlah, maka kau akan belajar banyak tentang hidup, kau akan menguak tabir hidupmu yang bahkan mungkin tak kau percayai. Teruslah menari dengan jiwamu, mungkin suatu hari nanti kau akan dengan bangga membuat lelaki tegar dengan kumis megah itu tersenyum padamu dan menabuh genderang kemenangan pada mereka yang pernah mematahkan ataupun mencapakkan hatimu…. ­­^_^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar