Rabu, 06 Februari 2013

Laguku



            Aku berjalan pontang panting menyusuri tempat kosku sembari menahan nyeri yang menusuk diselangkanganku. Malam ini begitu sunyi dan kelam. Tidak ada pesta pora gemintang malam ini, hanya ada hujan yang rasa – rasanya sudah tak tahan untuk menyutubuhi seluruh bumi. Aku rapikan jilbab putihku yang sudah miring tak karuan. Sesekali aku menyandarkan tubuhku di dinding – dinding kamar tetangga kosku. Sampai di kos aku membuka tas kuliahku untuk mencari kunci kamar yang kutaruh sembarang. Kuputar – putar ganggang pintu kamar kosku tapi tak mau terbuka. Kuncinya kucabut dan kumasukkan lagi, kuputar kunci di lubangnya agar mendapat posisi yang pas agar pintu itu mau terbuka. Aku gerutui dan menggedor – gedor pintu sialan yang tak mau terbuka itu. Bahkan pemilik kos pun aku gerutui karena tak memperhatikan kondisi infrastruktur kosnya. Setelah beberapa menit berlalu, dan meminta bantuan terhadap tetangga kosku yang juga baru pulang akhirnya pintunya mau terbuka. Sialan ini pintu. Terbersit heran dikepalaku, entah mengapa pintu kosnya hanya dengan satu putaran kunci mau terbuka dibuka oleh tetangga kosku itu. Ah persetan yang penting pintunya sudah mau terbuka. Pikirku.
            Bruuuukkkkkkkkkkk…….. kubanting tubuh kurusku di atas kasur satu badan yang tergeletak dipojok sisi kiri kamar kecil ini. Aku sangat kelelahan dan sakit ini masih menusuk. Hampir kutindih Billy-ku yang telah nyeyak dalam mimpinya, dia begitu berbulu dan sexy. Ku usap – usap kepalanya dan dengan manjanya menyambut belaiam tanganku. Kupandangi jam weker kodok yang kubeli ketika aku baru semester satu tergetelak diantara tumpukkan buku – buku kuliahku. Jam menunjukkan pukul 08.00 malam. Kubuang pandanganku pada tulisan dengan font Algerian yang kutempel di dinding kos hijauku. Tulisan itu diberikan kekasihku 4 tahun yang lalu. Isinya kurang lebih seperti ini :

              “Terbanglah kau manisku, terbang yang tinggi. Kepakkanlah sayapmu kokoh untuk menggapai puncak tertinggi mahadaya. Dan jika kau tak mampu lagi mengepakkannya, maka robeklah dan berjalanlah. Nikmatilah tiap cadas yang merobek kaki mungilmu maupun hati kecilmu. Banggakanlah tiap tetesan air matamu yang asin karena hidup ini perjuangan. Aku akan ada disini manisku., untukmu.,”
Aku suka tulisan itu, entah keluar dari mulutnya sendiri atau dia meng - copy paste, yang pasti aku suka dan kadang menjadi penyemangatku. Hmmmm….Kekasih gelap, anjing loe, tapi gue sayang loe. Kutarik napas panjang, mencoba untuk memejamkan mata yang sudah berat ini. Semenit. Dua menit. Tiga menit. Dan menit – menit  yang lainnya berlalu namun mata ini tak bisa kupejamkan karena perutku masih lapar. Kucoba lagi. Semenit. Dua menit. Tiga menit. Kamar pengap 3 x 3m ini perlahan berubah menjadi taman bunga yang dipenuhi berbagai jenis orchid kesukaanku. Ada banyak kupu – kupu berwarna terbang manja disekitarku dan Billy-ku mengeong – ngeong manja mengejar kupu – kupu itu. Aku merasa bagai Shania Twain dalam You’ve Got Away. Dan ketika ada sesosok pria berbaju putih mirip Dani Pedrosa mendekatiku dan mengajak berlari – lari kecil seperti lakon – lakon film india. Tiba – tiba si Wana Be Dani Pedrosa mendekatkan mulutnya ketelingaku dan….
“Whoooooooiiiiiiiiiyyyyyyyyyyyyyyyyyy….”
Mampuuus… aku kaget setengah mampus akibat gendang telingaku dihadiahi suara berat dengan sentuhan parau itu. Hamparan tanaman bunga nan indah tadi kini berubah menjadi kamar kos dengan baju dan jilbab digantung sekenanya di belakang pintu. Kubuka mataku dan si Pedrosa yang kini telah berubah menjadi pria hitam manis gondrong terkekeh melihatku kaget parah. Aku tutupi wajahku dengan bantal satu – satunya yang kupunya di kamar ini tanpa memperdulikan pria yang kujuluki Samurai X itu. Kalau ditanya mengapa aku menamainya itu, aku suka saja karena aku suka tokoh kartun itu…hehehe.. Nama aslinya Ismail. Dia sahabatku dan sering berbagi denganku. Dia dulunya seorang pendemo kelas hiu jadi tak dinanya suaranya seperti itu, namun sekarang dia telah gantung sepatu karena akuinya bukan lagi media yang bersih dan efektif untuk penyampaian aspirasi. Dirampasnya bantal dengan corak spongebob-ku dan memaksaku untuk bangun kembali.
“Ayoo banguuunnn…. Malas banget loe, jam segini dah tidur.”
“Gila loe.. bisa pecah ni tifa telinga. Gondrong gila. Lagipula masuk kamar cewek gak ngetuk– ngetuk pintu.” Kulempar bantal mengenai kepala gondrongnya. Dan dengan sigap dia mengambil ancang – ancang gaya untuk mengangkat lemari pakaianku untuk dilemparkan ke arahku. Dasar gila bener.
“Loe sih, cewe perawan kok tidur gak ngunci pintu. Salah loe sendiri, gue gedor – gedor sampe pintunya kebuka sendiri.”
Aku tertawa miris mendengar kalimatnya tadi. Si Samurai X kemudian mengeluarkan sesuatu dari tas plastik yang tadi dibawanya. Harum makanan telah sedari tadi aku hirup. Ayam bakar lengkap dengan sayuran segar dan sambal terasi baru dibelinya.
“Aahh.. gondroooong.. gue cinta banget ma loe.. tahu juga kalo gue lagi lapar”.
Rasa kantukku  langsung lari berdansa dengan iblis demi tergiur makanan yang dibawanya. Tidak menunggu lama untuk dipersilahkan, kuraih piring dan mulai membuai lidahku dengan makanan enak itu. Dia hanya terseyum melihat tingkah rakusku.
“Tadi ketemu Qila di jalan, dia nanya loe thu...”
“Oohhh.. lalu?”
“Loe udah gak ngikut kajian sama mereka ya.. soalnya tadi Qila bilang ke gue.”
Baru kuingat sudah sepuluh kali kajian lebih yang tak kuikuti. Aqila adalah teman kampus sekaligus teman kajianku. Wajahnya teduh dan bercahaya dengan kulit putih isi casava, mungkin karena sering dibasahi air wudhu.  Dia berjilbab besar hampir menutupi seluruh bagian tubuhnya, hanya tangan dan wajahnya yang tak dia hijabi. Dia aktivis yang aktif dalam organisasi Islam baik di organisasi internal maupun external kampus. Akupun diajaknya untuk bergabung dalam salah satu organisasi yang digelutinya dan aku mau – mau saja dengan tujuan untuk memperdalam ilmu agamaku yang masih sangat dangkal. Sering aku ingin sepertinya, dapat menutupi diri seperti itu dan membatasi apa yang seharusnya dimuntahkan dari mulut dan apa yang seharusnya tidak didiskusikan. Sedang aku terbiasa membicarakan apa saja dan mendiskusikan apa saja jika menurutku itu menarik. Mungkin hal itulah yang membuatku kadang merasa kikuk berada disampingnya.
Faktanya, aku sudah tidak merasa nyaman dengan situasi dan brainwash yang sering dilakukan ketika kita bersama – sama dalam forum kajian organisasi itu. Entah yang lainnya, tapi aku benar – benar merasa diriku seperi anak balita yang disuap dengan apa saja asalkan enak akan  ditelannya mentah – mentah. Bahkan kadang aku merasa hanya aku di dalam ruangan itu yang merasa bahwa aku perempuan waras. Narsis. Mungkin. Tapi entah,, bingung sendiri.
            “Iyah, udah lama banget gue gak gabung ma mereka.”
“Kenapa loe? Udah kesetanan lagi ya..”
“Gue udah gak ngerasa nyaman aja di dalamnya. Gue ngerasa kayak orang tolol duduk diantara mereka.”
“Hahahaha…. Karena hafalan ayat dan hadis loe kurang kan..?”
Si Samurai X menggodaku. Kuakui itu, bahkan dia yang kekiri – kirian banyak sekali hafalannya. Ku teruskan makanku yang masih mau menuruti nafsu perutku.
“Salah satunya iyah itu, tapi khan gue masuk situ biar ada lingkungan yang support gue biar gue bisa.”
“Trus apa dong..??”
“Karena kita gak diberi kesempatan mikir tahu gak sih loe, dasar mereka itu adalah ayat Al- Qur’an, gue lupa surat manalah itu. Bunyinya kurang lebih kamu dengar dan kamu laksanakan.”
“Trus..???”
“Jadi kita kajian itu satu arah, kalaupun ada yang ditanyakan jawabannya gak buat gue puas, terlalu umum jawabannya. Kalo jawabannya umum gitu gue juga tahu. Udah gitu teman – teman kajian gue cuma dengar dan manggut – manggut. Kadang bilang Astagfirullah, suatu waktu bilang Alhamdulillah, lain waktunya yang lain - lainnya. Frustasi gue. Belum tentu juga yang dibilang benar khan.”
“Hahahaha… kasian banget sih loe. Gue pernah baca tentang gerakan mereka. Fundamentalis dan Radikal. Nas – nas yang mereka gunakan pun gak jarang banyak yang gak shahih”
“Tiap kajian hati kita thu dipupuk dengan rasa benci terhadap orang – orang jangankan orang selain Islam, organisasi Islam selain mereka juga kadang di label kafir, apalagi ama thu negaranya Obama thu. Bosen gue, kalo gitu trus bisa busuk ni hati. Gue masuk kesana bukan agar diajari cara membenci. Gue setuju tuh ma statement gak ada alasan untuk menghakimi seseorang karena keberagaman agamanya khan. Entah dia Yahudi, Kristen, atau yang lainnya. ”
Aku mengomel sedari tadi panjang lebar memuntahkan seluruh kebosanan dan kekecewaan yang bersarang di hati. Hingga tak sadar dua bongkahan ayam bakar kuhabiskan. Ooopsss… Si Samurai X duduk manis mendengarku dengan sesekali senyuman ejekan disunggingkan kearahku. Dia selalu sabar mendengarkanku. Pria gondrong ini selain sahabat juga sudah kuanggap sebagai kakakku sendiri.
“Hmmmm… no peace inside….”
“Pastinya… they prefer to choose a war than a piece of peace. You know gue gak suka perang and mungkin semuanya juga gak suka ama perang.”
“PEACE FOR ALL GOD’S CREATURE IN THE WORLD….”
“PEACE FOR ALL GOD’S CREATURE IN THE WORLD…. NO WAR.. BECAUSE I DO BELIEVE THAT MA GOD EITHER WON’T HIS CREATURE TO KILL EACH OTHER AND DROP THE WARM BLOOD IN HIS EARTH. ”

Sejurus, kita seperti dua orang duta perdamaian PBB. Kita ketawa sendiri.
When you're at the end of the road. And you lost all sense of control.
And your thoughts have taken their toll. When your mind breaks the spirit of your soul

            21 Gun-nya greenday mengalun pelan dari hp ku, ada pesan yang kuterima. Kuraih hp dan kubaca perlahan. Isinya panjang lebar. Banyak omong kosong, permintaan maaf. Kubanting hp itu kasar. Si Samurai X hanya memandang tak ingin bertanya.

Tidak kuhabiskan sisa makanku. Bad mood lagi. Si Samurai X meraih gitar milik Alco teman tetangga kosku. Aku meminjam gitar Alco karena ingin belajar musik petik itu. Langit telah bergemintang kembali. Sedari tadi kubiarkan pintu dan jendela kamar kosku terbuka. Gemintang terlihat begitu jelas pada frame langit malam ini. Si Samurai X mulai memetik senar mengalunkan beberapa nada. Aku duduk disampingnya, mendekap kedua paha menyatu dengan dadaku. Lagu demi lagu dia senandungkan. Aku merequest rapuh_nya Padi. Dia menyinggungkan senyum kecut di bibirnya sedikit seperti tahu apa yang sedang kurasakan. Ah dia memang tahu, tak perlu kuserakkan kata - kata. Jari – jarinya mulai cekatan memetik chord intro lagu itu, Cmaj kemudian ke G. Petikannya benar – benar menambah galau hati. Suara beratnya teratur menyenandungkan bait demi bait, aku larut. Tak disangka air mataku menetes perlahan. Suasana hatiku agak membaik ketika si Samuari X ku datang tadi, tapi sekarangsudah tak karuan lagi.

“Loe disakitin lagi ma tuh lelaki brengsek?”. Dia menghentikan petikan gitarnya. Dia sepertinya sudah tidak tahan melihatku sakit tertahan seperti ini. Aku diam.
“Loe tuh napa sih..?? gue gak ngarti tahu gak. Itu laki udah punya calon bini, mau – mau aja lo ama dia. Loe tuh bodoh atau apa sih?”
“Gue sayang banget ma dia. Loe gak akan pernah ngarti karena loe gak ngerasa di posisi gue”

Dia speechless sejenak. 

“Gin, gue emang gak ngarti loe. Gua juga mungkin gak berada di posisi loe. Tapi gue sakit liat loe disakitin trus. Sekarang kenapa lagi?”
Aku tertunduk.
“Dia udah ngelamar pacarnya semalam. Dia pengen gue lupain semua tentang kita. Gue tahu dia sangat banget ama gue.”
“Dia tuh gak sayang ama loe. Buktinya dia sering nyakitin loe. Buka mata loe Ginaaaaaa.”
“Gue bisa tahu dia sayang banget ama gue. Dia ngasih semua yang gak dia kasih buat Kia walau dia juga sayang ama Kia. Dia cuman gak ingin nyakitin Kia lagi.”
“Tapi dia nyakitin loeee. Loe tuh punya otak gak sihh.”
“Terserah kata loe, gue tetap sayang ama dia ampe kapanpun.”
Dia terdiam, aku terdiam, semua terdiam. Wajahnya memerah, mungkin rasa kasihannya kini berbalik marah. Dia membenarkan posisi gitarnya. Dia memetikkan beberapa chord. Petikannya kali ini mengandung emosi dan benar – benar kurasakkan dalam. 

Mungkinkah kau tahu
Rasa cinta yang kini membara
Yang masih tersimpan
Dalam lubuk jiwa
Ingin kunyatakan
Lewat kata yang mesra untukmu
Namun ku tak kuasa
Untuk melakukannya
Mungkin hanya Lewat lagu ini
Akan kunyatakan rasa Cintaku padamu
Rinduku padamu Tak bertepi.
Mungkin hanya Sebuah lagu ini
Yang slalu akan kunyanyikan
Sebagai tanda Betapa aku, inginkan kamu
Mungkin hanya Lewat lagu ini
Akan kunyatakan rasa
Cintaku padamu
Rinduku padamu Tak bertepi
Mungkin hanya Sebuah lagu ini
Yang slalu akan kunyanyikan
Sebagai tanda Betapa aku, inginkan kamu

"Laguku" milik Ungu mengalun emosional dari bibirnya. Tetes bening itu tak kusangka bisa mengalir dari sudut matanya. Dia menatap bintang disana. Aku gundah dan bingung. Apa segitu prihatinnya dia dengan masalahku hingga tetesan asin yang tak pernah dia teteskan dihadapanku, kini mengalir membasahi lekuk pipinya. Dia mengakhiri lagu itu, dan kita kembali diam. Sambil menyerahkan gitar itu padaku, dia tak memandangku sedikitpun.

“Lagu itu buat loe,” katanya pelan sambil berlalu.

Aku diam, diam. Tak tahu harus berkata apa, hanya bisa melihat punggungnya yang semakin menjauh. Aku menyakitinya. Dia sakit, aku sakit dan kita kesakitan akibat rasa ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar