Aku berjalan pontang panting
menyusuri tempat kosku sembari menahan nyeri yang menusuk diselangkanganku.
Malam ini begitu sunyi dan kelam. Tidak ada pesta pora gemintang malam ini,
hanya ada hujan yang rasa – rasanya sudah tak tahan untuk menyutubuhi seluruh bumi.
Aku rapikan jilbab putihku yang sudah miring tak karuan. Sesekali aku
menyandarkan tubuhku di dinding – dinding kamar tetangga kosku. Sampai di kos
aku membuka tas kuliahku untuk mencari kunci kamar yang kutaruh sembarang.
Kuputar – putar ganggang pintu kamar kosku tapi tak mau terbuka. Kuncinya
kucabut dan kumasukkan lagi, kuputar kunci di lubangnya agar mendapat posisi
yang pas agar pintu itu mau terbuka. Aku gerutui dan menggedor – gedor pintu
sialan yang tak mau terbuka itu. Bahkan pemilik kos pun aku gerutui karena tak
memperhatikan kondisi infrastruktur kosnya. Setelah beberapa menit berlalu, dan
meminta bantuan terhadap tetangga kosku yang juga baru pulang akhirnya pintunya
mau terbuka. Sialan ini pintu. Terbersit heran dikepalaku, entah mengapa pintu
kosnya hanya dengan satu putaran kunci mau terbuka dibuka oleh tetangga kosku
itu. Ah persetan yang penting pintunya
sudah mau terbuka. Pikirku.
Bruuuukkkkkkkkkkk……..
kubanting tubuh kurusku di atas kasur satu badan yang tergeletak dipojok
sisi kiri kamar kecil ini. Aku sangat kelelahan dan sakit ini masih menusuk. Hampir
kutindih Billy-ku yang telah nyeyak dalam mimpinya, dia begitu berbulu dan
sexy. Ku usap – usap kepalanya dan dengan manjanya menyambut belaiam tanganku.
Kupandangi jam weker kodok yang kubeli ketika aku baru semester satu tergetelak
diantara tumpukkan buku – buku kuliahku. Jam menunjukkan pukul 08.00 malam. Kubuang
pandanganku pada tulisan dengan font Algerian
yang kutempel di dinding kos hijauku. Tulisan itu diberikan kekasihku 4
tahun yang lalu. Isinya kurang lebih seperti ini :
“Terbanglah kau manisku, terbang yang tinggi.
Kepakkanlah sayapmu kokoh untuk menggapai puncak tertinggi mahadaya. Dan jika
kau tak mampu lagi mengepakkannya, maka robeklah dan berjalanlah. Nikmatilah
tiap cadas yang merobek kaki mungilmu maupun hati kecilmu. Banggakanlah tiap
tetesan air matamu yang asin karena hidup ini perjuangan. Aku akan ada disini
manisku., untukmu.,”
Aku
suka tulisan itu, entah keluar dari mulutnya sendiri atau dia meng - copy paste, yang pasti aku suka dan
kadang menjadi penyemangatku. Hmmmm….Kekasih
gelap, anjing loe, tapi gue sayang loe. Kutarik napas panjang, mencoba
untuk memejamkan mata yang sudah berat ini. Semenit. Dua menit. Tiga menit. Dan
menit – menit yang lainnya berlalu namun
mata ini tak bisa kupejamkan karena perutku masih lapar. Kucoba lagi. Semenit.
Dua menit. Tiga menit. Kamar pengap 3 x 3m ini perlahan berubah menjadi taman
bunga yang dipenuhi berbagai jenis orchid kesukaanku. Ada banyak kupu – kupu
berwarna terbang manja disekitarku dan Billy-ku mengeong – ngeong manja
mengejar kupu – kupu itu. Aku merasa bagai Shania Twain dalam You’ve Got Away. Dan ketika ada sesosok
pria berbaju putih mirip Dani Pedrosa mendekatiku dan mengajak berlari – lari
kecil seperti lakon – lakon film india. Tiba – tiba si Wana Be Dani Pedrosa mendekatkan
mulutnya ketelingaku dan….
“Whoooooooiiiiiiiiiyyyyyyyyyyyyyyyyyy….”
Mampuuus… aku kaget setengah
mampus akibat gendang telingaku dihadiahi suara berat dengan sentuhan parau
itu. Hamparan tanaman bunga nan indah tadi kini berubah menjadi kamar kos
dengan baju dan jilbab digantung sekenanya di belakang pintu. Kubuka mataku dan
si Pedrosa yang kini telah berubah menjadi pria hitam manis gondrong terkekeh
melihatku kaget parah. Aku tutupi wajahku dengan bantal satu – satunya yang
kupunya di kamar ini tanpa memperdulikan pria yang kujuluki Samurai X itu. Kalau
ditanya mengapa aku menamainya itu, aku suka saja karena aku suka tokoh kartun
itu…hehehe.. Nama aslinya Ismail. Dia
sahabatku dan sering berbagi denganku. Dia dulunya seorang pendemo kelas hiu jadi
tak dinanya suaranya seperti itu, namun sekarang dia telah gantung sepatu
karena akuinya bukan lagi media yang bersih dan efektif untuk penyampaian
aspirasi. Dirampasnya bantal dengan corak spongebob-ku dan memaksaku untuk
bangun kembali.
“Ayoo banguuunnn…. Malas
banget loe, jam segini dah tidur.”
“Gila
loe.. bisa pecah ni tifa telinga. Gondrong gila. Lagipula masuk kamar cewek gak
ngetuk– ngetuk pintu.” Kulempar bantal mengenai kepala gondrongnya. Dan dengan
sigap dia mengambil ancang – ancang gaya untuk mengangkat lemari pakaianku
untuk dilemparkan ke arahku. Dasar gila
bener.
“Loe
sih, cewe perawan kok tidur gak ngunci pintu. Salah loe sendiri, gue gedor –
gedor sampe pintunya kebuka sendiri.”
Aku tertawa miris mendengar
kalimatnya tadi. Si Samurai X kemudian mengeluarkan sesuatu dari tas plastik
yang tadi dibawanya. Harum makanan telah sedari tadi aku hirup. Ayam bakar
lengkap dengan sayuran segar dan sambal terasi baru dibelinya.
“Aahh.. gondroooong.. gue
cinta banget ma loe.. tahu juga kalo gue lagi lapar”.
Rasa kantukku langsung lari berdansa dengan iblis demi
tergiur makanan yang dibawanya. Tidak menunggu lama untuk dipersilahkan, kuraih
piring dan mulai membuai lidahku dengan makanan enak itu. Dia hanya terseyum
melihat tingkah rakusku.
“Tadi ketemu Qila di jalan,
dia nanya loe thu...”
“Oohhh..
lalu?”
“Loe
udah gak ngikut kajian sama mereka ya.. soalnya tadi Qila bilang ke gue.”
Baru kuingat sudah sepuluh
kali kajian lebih yang tak kuikuti. Aqila adalah teman kampus sekaligus teman
kajianku. Wajahnya teduh dan bercahaya dengan kulit putih isi casava, mungkin karena sering dibasahi
air wudhu. Dia berjilbab besar hampir
menutupi seluruh bagian tubuhnya, hanya tangan dan wajahnya yang tak dia
hijabi. Dia aktivis yang aktif dalam organisasi Islam baik di organisasi
internal maupun external kampus. Akupun diajaknya untuk bergabung dalam salah
satu organisasi yang digelutinya dan aku mau – mau saja dengan tujuan untuk
memperdalam ilmu agamaku yang masih sangat dangkal. Sering aku ingin
sepertinya, dapat menutupi diri seperti itu dan membatasi apa yang seharusnya
dimuntahkan dari mulut dan apa yang seharusnya tidak didiskusikan. Sedang aku
terbiasa membicarakan apa saja dan mendiskusikan apa saja jika menurutku itu
menarik. Mungkin hal itulah yang membuatku kadang merasa kikuk berada
disampingnya.
Faktanya, aku sudah tidak
merasa nyaman dengan situasi dan brainwash
yang sering dilakukan ketika kita bersama – sama dalam forum kajian
organisasi itu. Entah yang lainnya, tapi aku benar – benar merasa diriku seperi
anak balita yang disuap dengan apa saja asalkan enak akan ditelannya mentah – mentah. Bahkan kadang aku
merasa hanya aku di dalam ruangan itu yang merasa bahwa aku perempuan waras.
Narsis. Mungkin. Tapi entah,, bingung sendiri.
“Iyah, udah lama banget gue gak
gabung ma mereka.”
“Kenapa
loe? Udah kesetanan lagi ya..”
“Gue
udah gak ngerasa nyaman aja di dalamnya. Gue ngerasa kayak orang tolol duduk
diantara mereka.”
“Hahahaha….
Karena hafalan ayat dan hadis loe kurang kan..?”
Si Samurai X menggodaku.
Kuakui itu, bahkan dia yang kekiri – kirian banyak sekali hafalannya. Ku
teruskan makanku yang masih mau menuruti nafsu perutku.
“Salah satunya iyah itu, tapi
khan gue masuk situ biar ada lingkungan yang support gue biar gue bisa.”
“Trus
apa dong..??”
“Karena
kita gak diberi kesempatan mikir tahu gak sih loe, dasar mereka itu adalah ayat
Al- Qur’an, gue lupa surat manalah itu. Bunyinya kurang lebih kamu dengar dan
kamu laksanakan.”
“Trus..???”
“Jadi
kita kajian itu satu arah, kalaupun ada yang ditanyakan jawabannya gak buat gue
puas, terlalu umum jawabannya. Kalo jawabannya umum gitu gue juga tahu. Udah
gitu teman – teman kajian gue cuma dengar dan manggut – manggut. Kadang bilang
Astagfirullah, suatu waktu bilang Alhamdulillah, lain waktunya yang lain -
lainnya. Frustasi gue. Belum tentu juga yang dibilang benar khan.”
“Hahahaha…
kasian banget sih loe. Gue pernah baca tentang gerakan mereka. Fundamentalis
dan Radikal. Nas – nas yang mereka gunakan pun gak jarang banyak yang gak
shahih”
“Tiap
kajian hati kita thu dipupuk dengan rasa benci terhadap orang – orang jangankan
orang selain Islam, organisasi Islam selain mereka juga kadang di label kafir,
apalagi ama thu negaranya Obama thu. Bosen gue, kalo gitu trus bisa busuk ni
hati. Gue masuk kesana bukan agar diajari cara membenci. Gue setuju tuh ma statement gak ada alasan untuk
menghakimi seseorang karena keberagaman agamanya khan. Entah dia Yahudi,
Kristen, atau yang lainnya. ”
Aku mengomel sedari tadi panjang
lebar memuntahkan seluruh kebosanan dan kekecewaan yang bersarang di hati.
Hingga tak sadar dua bongkahan ayam bakar kuhabiskan. Ooopsss… Si Samurai X duduk manis mendengarku dengan sesekali
senyuman ejekan disunggingkan kearahku. Dia selalu sabar mendengarkanku. Pria gondrong
ini selain sahabat juga sudah kuanggap sebagai kakakku sendiri.
“Hmmmm… no peace inside….”
“Pastinya…
they prefer to choose a war than a piece of peace. You know gue gak suka perang
and mungkin semuanya juga gak suka ama perang.”
“PEACE
FOR ALL GOD’S CREATURE IN THE WORLD….”
“PEACE FOR ALL GOD’S CREATURE
IN THE WORLD…. NO WAR.. BECAUSE I DO BELIEVE THAT MA GOD EITHER WON’T HIS
CREATURE TO KILL EACH OTHER AND DROP THE WARM BLOOD IN HIS EARTH. ”
Sejurus, kita seperti dua
orang duta perdamaian PBB. Kita ketawa sendiri.
When you're at the end of the road. And you lost all sense of control.
And
your thoughts have taken their toll. When your mind breaks the spirit of your
soul
21
Gun-nya greenday mengalun pelan dari hp ku, ada pesan yang kuterima. Kuraih
hp dan kubaca perlahan. Isinya panjang lebar. Banyak omong kosong, permintaan
maaf. Kubanting hp itu kasar. Si Samurai X hanya memandang tak ingin bertanya.
Tidak
kuhabiskan sisa makanku. Bad mood lagi. Si Samurai X meraih gitar milik Alco
teman tetangga kosku. Aku meminjam gitar Alco karena ingin belajar musik petik
itu. Langit telah bergemintang kembali. Sedari tadi kubiarkan pintu dan jendela
kamar kosku terbuka. Gemintang terlihat begitu jelas pada frame langit malam ini. Si Samurai X mulai memetik senar
mengalunkan beberapa nada. Aku duduk disampingnya, mendekap kedua paha menyatu
dengan dadaku. Lagu demi lagu dia senandungkan. Aku merequest rapuh_nya Padi. Dia
menyinggungkan senyum kecut di bibirnya sedikit seperti tahu apa yang sedang
kurasakan. Ah dia memang tahu, tak perlu kuserakkan kata - kata. Jari – jarinya
mulai cekatan memetik chord intro lagu
itu, Cmaj kemudian ke G. Petikannya benar – benar menambah galau hati. Suara beratnya
teratur menyenandungkan bait demi bait, aku larut. Tak disangka air mataku
menetes perlahan. Suasana hatiku agak membaik ketika si Samuari X ku datang
tadi, tapi sekarangsudah tak karuan lagi.
“Loe
disakitin lagi ma tuh lelaki brengsek?”. Dia menghentikan petikan gitarnya. Dia
sepertinya sudah tidak tahan melihatku sakit tertahan seperti ini. Aku diam.
“Loe
tuh napa sih..?? gue gak ngarti tahu gak. Itu laki udah punya calon bini, mau –
mau aja lo ama dia. Loe tuh bodoh atau apa sih?”
“Gue
sayang banget ma dia. Loe gak akan pernah ngarti karena loe gak ngerasa di
posisi gue”
Dia
speechless sejenak.
“Gin,
gue emang gak ngarti loe. Gua juga mungkin gak berada di posisi loe. Tapi gue
sakit liat loe disakitin trus. Sekarang kenapa lagi?”
Aku
tertunduk.
“Dia
udah ngelamar pacarnya semalam. Dia pengen gue lupain semua tentang kita. Gue tahu
dia sangat banget ama gue.”
“Dia
tuh gak sayang ama loe. Buktinya dia sering nyakitin loe. Buka mata loe
Ginaaaaaa.”
“Gue
bisa tahu dia sayang banget ama gue. Dia ngasih semua yang gak dia kasih buat
Kia walau dia juga sayang ama Kia. Dia cuman gak ingin nyakitin Kia lagi.”
“Tapi
dia nyakitin loeee. Loe tuh punya otak gak sihh.”
“Terserah
kata loe, gue tetap sayang ama dia ampe kapanpun.”
Dia
terdiam, aku terdiam, semua terdiam. Wajahnya memerah, mungkin rasa kasihannya
kini berbalik marah. Dia membenarkan posisi gitarnya. Dia memetikkan beberapa chord. Petikannya kali ini mengandung
emosi dan benar – benar kurasakkan dalam.
Mungkinkah
kau tahu
Rasa
cinta yang kini membara
Yang
masih tersimpan
Dalam
lubuk jiwa
Ingin
kunyatakan
Lewat
kata yang mesra untukmu
Namun
ku tak kuasa
Untuk
melakukannya
Mungkin
hanya Lewat lagu ini
Akan
kunyatakan rasa Cintaku padamu
Rinduku
padamu Tak bertepi.
Mungkin
hanya Sebuah lagu ini
Yang
slalu akan kunyanyikan
Sebagai
tanda Betapa aku, inginkan kamu
Mungkin
hanya Lewat lagu ini
Akan
kunyatakan rasa
Cintaku
padamu
Rinduku
padamu Tak bertepi
Mungkin
hanya Sebuah lagu ini
Yang
slalu akan kunyanyikan
Sebagai
tanda Betapa aku, inginkan kamu
"Laguku"
milik Ungu mengalun emosional dari bibirnya. Tetes bening itu tak kusangka bisa
mengalir dari sudut matanya. Dia menatap bintang disana. Aku gundah dan bingung. Apa segitu prihatinnya dia dengan masalahku hingga tetesan asin yang tak pernah dia teteskan dihadapanku, kini mengalir membasahi lekuk pipinya. Dia mengakhiri
lagu itu, dan kita kembali diam. Sambil menyerahkan gitar itu padaku, dia tak memandangku sedikitpun.
“Lagu
itu buat loe,” katanya pelan sambil berlalu.
Aku diam, diam. Tak tahu harus berkata apa, hanya bisa melihat punggungnya yang semakin menjauh. Aku menyakitinya. Dia sakit, aku sakit dan kita kesakitan akibat rasa ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar