Source ; Cover Detik edisi 30 April 2011 |
Peta permainan sedari
tadi diselonjorkan
Biji dadu digulir
meluncur berguling – guling
Dan sang pemain
menunggu dengan was – was sambil memicingkan bola mata
Bibir sang pemain
yang dipulas gincu semerah darah babi gelisah
Dahinya yang lebar
berkerut
Dahinya yang lebar
disemangati bulir – bulir keringat
Kalah telak.
Sedang sang lawan yang
tadinya kawan tertawa terbahak – bahak
Perut buncitnya naik
turun sambil berkata ;
Betina…
Kau hanya makhluk
kecil bodoh
Kau belum pantas
bermain disini
Kau hanya pantas
berlenggok di atas panggung kecilmu dalam kamar suamimu
Ataupun berlagak
putri – putrian dengan betina - betina sejenismu
Yang suka pakai
kancut dan bra warna – warni memamerkan tubuh.
Betina….
Kau yag dulu
diagungkan sebagai representasi para betina negeri ini
Negeri goblok yang
mengukur dan menimbang – nimbang betina betina sepertimu
Dengan timbangan
yang mereka buat sendiri.
Adakah timbangan
mereka menimbang masuk dalam moralmu.
Baakkkhhh…..
moral???
Mereka yang
menimbangmu pun lebih melirik pada ukuran bramu itu
Dan mungkin sedikit
kecakapan bahasamu.
Betina…
Punyakah kau cermin?
Bercerminlah dan
lihatlah kau sekarang.
Dari seorang putri
menjelma menjadi seekor tikus got.
Atau haruskan ku
panggil ratu sekarang?
Ratu para tikus got.
Tikus got yang kalah
dan terjebak.
Betina….
Punyakan kau banyak
uang?
Cobalah dulu kau
jilati pemain lain dengan lembaran – lembaran berbau surga itu.
Baaakhh… mereka kebanyakan itu
juga tikus got sepertimu.
Hanya saja mereka
itu klan tikus got berwajah malaikat.
Klan itu ada kalanya
jinak – jinak merpati
Betina….
Jikalau kau berkenan mendengarkan nasehatku sesama
tikus got ini
Bermainlah dengan
cerdas
Jika terpaksa, kau
harus sedikit menggadai tubuh molekmu itu.
Dan pada akhirnya…
Kita akan lihat
nanti seberapa cerdasnya kau menjilat
Dan memenangkan kembali permainan ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar