Minggu, 06 Mei 2012

Tribute to My Friend

           Bumi terlihat basah pagi ini dan langit seakan egois untuk menutupi sorotan sang mentari yang menghangatkan . Hujan baru saja manjamahi tubuh bumi yang semakin rapuh dan meninggalkan harum tanah basah yang sangat senang tuk kubaui. Burung-burung pipit masih bernyanyi ria di antara pepohonan, entah apa yang mereka senandungkan, nyanyian bahagia ataukah nyanyian berkabung atas keserakahan manusia yang mengekploitasi alam tempat tinggal mereka.
           Aku masih mematung disini, menikmati hamparan cinta berupa nikmat yang diberikan Sang Khalik kepada Makhluk Nya. Kubiarkan angin dingin menyapu wajahku yang belum mandi pagi ini. Bocah-bocah mungil berbalut seragam merah putih lalu lalang dihadapanku, wajah ceria tanpa beban yang belum sadar dunia yang ganas menanti mereka untuk dimangsa. Kubiarkan kedua bola mataku meraba setiap lekukan perumahan disekitar kompelks tempat tinggalku.
Beberapa rumah terlihat megah , berlantai dua dan beratapkan genteng. Pagar-pagar besi setinggi dua meter terbentang mengelilingi rumah yang wah itu. Ku bandingkan dengan rumah sederhana milik orang tuaku ini. Dinding-dinding yang dicat putih sekenanya oleh ayahku waktu menyambut Ramadhan kemarin, pintu-pintunya pun masih berupa potongan kayu yang dipaku sederhana. Dan yang paling ekstrim ibuku harus memotong gaji oemar bakri-nya untuk menutupi harga pembangunan rumah yang belum lunas ini. Tak ironis tapi kebersahajaan. Kita harus selalu bersyukur nak , karena semua pemberian Allah adalah nikmat dan juga bisa menjadi ujian.Tak kau lihatkah anak-anak yang tak punya tempat tinggal bahkan untuk makan seharipun mungkin hanya sekali sehari, Sang Pencipta lebih mengetahui apa yang dibutuhkan oleh yang diciptakanNya. Sekilas kata-kata ayah tiriku terngiang di telingaku.
              Aku membuang pandanganku pada luasnya kekasih biruku yang asin disana dan dalam hati tak hentinya ku memuja kebesaranNya. Harus kuakui bahwa pulau ternate ini memang indah. Pulau kecil dengan luas tak lebih dari 120km2 ini menyimpan keindahan alam yang menggiurkan bagi para pemburu aset pariwisata. Hampir ada sepuluh pulau yang mengapit ataupun bersampingan dengan pulau ini. Deretan pulau panjang Halmahera menambah warna tersendiri bagi lukisan alam disini. Subhanallah , ucapku dalam hati.
Perlahan mentari akhirnya sadar bahwa aku tidak hanya merindukan hujan tapi merindukannya pula. Sinarnya mendekapku erat dalam kehangatan pelukannya. Pelukan sahabat. Untuk beberapa saat kupejamkan mataku dan kunikmati ciuman hangatnya. Jika ada yang mau menggantikan rasa yang sedang kucicipi dalam hatiku sekarang dengan apapun, maka aku takkan merelakkannya.

Mungkinkah masih ada waktu yang tersisa untukku
Mungkinkah masih ada cinta dihatimu
Andaikan saja aku tahu, kau tak hadirkan cintamu
Inginku melepasmu dengan pelukan.

         Tentang cinta-nya Ipank yang ku setel sebagai Bunyi ringtone hp-ku membuyarkan keromantisan yang terjalin beberapa saat antara aku dan alam. Ingin kumaki hp-ku ( tapi hmmmm harus dengan makian apa? Hehe...bingung sendiri..^_^). Kuputuskan untuk berselingkuh sementara dengan hp-ku. Kupandangi layar hp-ku, disana tertera nama seseorang yang kukenal. Bukan. Yang sangat kukenal. Ku buka pesan darinya, kurang lebih isinya untuk mengingatkan aku untuk tidak telat sarapan dan juga mandi pagi biar tidak bau seperti sapi. Iblisku tersayang yang baik hati, gumamku dalam hati.
Aku masih ingin berduaan dengan alam tuk melanjutkan romantisme yang sejenak tertunda tadi, namun sayang aku harus bergegas ke kampus karena hari ini akan ada kuis.

Kampus 09.56 pagi.
            Kuperhatikan para mahasiswi setengah cantik yang lalu lalang di hadapanku. Mereka seperti model yang biasa pamer pakaian terbaru, tapi bedanya mereka tidak berjalan di atas catwalk melainkan ubin putih yang sering aku dan teman-temanku pakai sebagai tempat tongkrongan. Mereka tertawa lepas mereview segala sesuatu yang bisa dijadikan bahan gosip dan celaan. Bunyi kendaraan roda dua yang sengaja dimodifikasi sedemikian rupa agar terlihat keren bertengger rapi di area parkiran kampus. 
            “Amboooooooonnnnn................” teriakan dari suara yang kukenal itu  membuatku kaget sepertiga mampus. Cowok berperawakan putih dan jangkung itu berjalan macho dengan menebar senyum 223-nya kepada cewek-cewek yang dilewatinya (Tahu gak senyum 223 ?? senyum 223 itu style senyum dengan posisi bibir 2 cm kekanan, 2 cm ke kiri ditahan selama 3 menit......kebayang gak loe ?? hehehe ). Dasar kawanku yang satu ini memang narsis kelas hiu. Narsisun is wajibun bagi setiap insan yang bernafasun , itu akan selalu jadi jawabannya kalau dicomment orang. Cuek dan manis.
            “ Assalam dan slamat pagi menjelang siang bagi dirimu Saonaku”, timpalnya. Dia memang senang memanggilku dengan sebutan itu, entah kenapa. Teman-temanku sendiri biasa memanggilku hanya dengan sebutan Ona ataupun Macharona.
“ Wa’alaikum salam...met pagi juga Syahril idrisku sayang yang narsis lagi nyentrik”, jawabku sekenanya menyambutnya. Dia sering kesal padaku karena menurutnya aku satu-satunya homo sapiens didunia ini yang tak pernah luput memanggil namanya dengan lengkap.
“ Kumis udah merapat belum ? “, tanyanya.
“ Belom kawan, mungkin bentar lagi “, jawabku.
            Kita memang sekelas  menggelari nama kebanggaan pada si dosen statistik itu dengan sebutan si kumis, karena kumisnya yang tebal yang tumbuh rindang diantara hidung dan bibir hitmnya yang kutebakseringmergumuldenganasaprokok. Si kumis ini pernah bersabda yang membuat sekelas melongo heran . Beliau berkata tujuan hidup ini hanya ada dua yaitu makan dan tidur, jadi kalau tidak ada yang dimengerti tentang statistik maka tidak perlu ditanyakan ( saat itu kami semua sepakat kalo ni dosen emang bukan berasal dari bumi, hehehe ).
“ Ahhhh sial... gue blom belajar lagi, moga aja thu si kumis sakit kek, anaknya yang sakit kek, istrinya yang melahirkan kek, apalah biar dia gak masuk,”
“ Wah gila loe, sumpahin orang sampe segitunya. Makanya belajar biar gampang ngisi jawaban soalnya”.
“ Yaah Saona,  belajar sih belajar. Tapi otak gue ini gak receive data yang modelnya hitungan gitu , parah hitungan gue
“ Hahaha keliatan begonyaloe “.
“ Terserah, pokoknya bentar gue duduk samping loe , gue minta jawabannya ya.”
“ Plagiat “.
“ Biarin “.
            Aku kembali sibuk dengan tugasku yang belum rampung. Syahril melantai dengan posisi tepat di sampingku. Dia menyetel Mp4 miliknya, memasang earphone dan tak lama kepalanya seperti boneka per pajangan mobil, naik turun tak jelas sambil mulutnya komat-kamit kayak dukunlagingobatin orang kesurupan.Seorang pria baru saja melintas dihadapanku. Dia menatapku dingin seolah dia mengisyaratkan sesuatu. Kuhempaskan senyum setengah manisku kearahnya, namun tidak sedikitpun digubrisnya. Gila ni orang cewek manis gini lagi senyum malah dicuekin , gumamku narsis.
Sekilas kuperhatikan wajah pria itu, pucat pasi dengan tatapan kosong. Ahh mungkin lagi ada masalah sama ceweknya atau kebanyakan tugas kali, tebakku asal. Sejurus aku tenggelam lagi dalam makalahku.  Tapi kali ini aku tidak dapat fokus lagi karena mengingat si pria tadi. Sepertinya orang tadi gak asing, tapi siapa ya? , batinku bertanya.
“ Whoooi ambon gila, menghayal melulu ntar disambar setan kampus baru rasaloe”, Syahril mengagetkanku.
“ Gila loejunkees , kaget banget “
Loe sih, masih pagi udah melamun, ntar ayam kampus pada mati smua. Naik yuk.”
“ hahaha.. bagus dong mati.”
“ Weeeitzzz....gak boleh, itu aset kampus thu perlu di lestarikan”.
“ Hehehe, yang perlu dilestarikan thu makhluk langka kayak loe”.
            Sambil bercanda, aku dan sahabatku ini melangkah santai menaiki tangga menuju kelas kami yang berada di lantai tiga gedung MIPA. Pria itu lagi. Dia menatap lurus ke arahku. Dingin. Kutundukkan wajahku ke lantai untuk beberapa saat. Kucuri pandang ke arahnya, ternyata dia masih menatapku lurus. Aku tidak memperhatikan ocehan Syahril yang kalu dirampungkan bisa jadi satu sinetrontapimungkinpunyanyalebihberbobotdibandingkansinetron Indonesia. 
“ Syahril, loe kenal gak ma cowok yang tadi ? “
“ Cowok yang mana ? “
“ Yang tadi diatas tangga, cowok kurus hitam manis setinggi gini”, kataku sambil memperkirakan tinggi pria aneh itu.
“ Gak ngeliat gue “
“ Ahh jangan bercanda loe, masa gak ngeliat. Dia tadi hanya semeter dari kita kok”.
“ Hmmm... beneran Saonaku. Tadi kan cuma ada cewek-cewek nhak Fisika,  emang kenapa sih ?”.
Gak..gak apa-apa”.
            Aku pura-pura membuang kertas yang juga sengaja ku sobek untuk hanya melihat apakah pria itu masih disana atau tidak. Aku akan menunjukkannya pada Syahril kalau dia masih disana. Ternyata dia masih disana, tersenyum kearahku dengan senyuman lebar yang tampaknya sangat kukenal.
Tiba-tiba Tentang Cinta-nya Ipank terdengar lagidari balik sakuku, menandai ada pesan baru yang ku punya. Pelan- pelan kubaca isinya :

Assalam .... Innalillahi Wa Innaillaihi Roji’un. Telah berpulang ke Rahmatullah sahabat dan saudara kita JAINUDIN OLLONG , semoga amal ibadahnya diterima di sisi Allah SWT. Amin . Kak Ona sebentar sore baru almarhum dikubur.
Aku melayangkan pandangku ke arah pria tadi tapi dia telah menghilang. Masya Allah Innalilahi Wa Inna Ilaihi Roji’un. Miris hatiku. Baru kuingat wajah itu, wajah polos hitam manis penggila bola. Ternyata dia. Dia yang ingin mengucapkan selamat tinggal bagiku. Hujan siang ini seakan ingin berkabung dengan kepergiannya juga, deras dan riuh menari diatas atap gedung kelasku

Selamat tinggal kawan, kau akan selalu ada dihati kita semua. Sampai ketemu di alam yang lain. Kita akan berpesta pora bersama bidadari-bidadari surga kawanku. Sampaikan salamku pada kawan-kawan kita yang telah pergi dengan kloter sebelumnya. Jangan lupa sesekali kirimkan kabarmu disana. Allah mellindungi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar